Gallery

10 Amalan atau Perkara yang Menyebabkan Seseorang Mendapatkan Syafa’at, Mau (2)?

Artikel Sebelumnya di: 10 Amalan atau Perkara yang Menyebabkan Seseorang Mendapatkan Syafa’at, Mau (1)?

 

latexsens.com

latexsens.com

 

Perkara ke-9 dan ke-10 ini terkait dengan orang lain

9. Shalatnya sekelompok orang muslim terhadap mayit muslim.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَا مِنْ مَيِّتٍ تُصَلِّي عَلَيْهِ أُمَّةٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ يَبْلُغُونَ مِائَةً كُلُّهُمْ يَشْفَعُونَ لَهُ إِلَّا شُفِّعُوا فِيهِ

“Tidaklah seorang mayit dishalatkan oleh sekelompok orang Islam yang jumlah mereka mencapai seratus, semuanya memintakan syafa’at untuknya, melainkan syafa’at itu akan diberikan pada dirinya“. [HR Muslim, no. 947, 58].

مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيَقُومُ عَلَى جَنَازَتِهِ أَرْبَعُونَ رَجُلًا لَا يُشْرِكُونَ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا شَفَّعَهُمْ اللَّهُ فِيهِ

“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia, lalu jenazahnya dishalatkan oleh empat puluh orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, melainkan Allah akan memberikan syafa’at kepadanya”. [HR Muslim, no.948, 59]. (Dari artikel “Kiat Mendapatkan Syafa’at Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam” karya Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas yang disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun IX/1426 H/2005 M melalui perantaraan situs http://almanhaj.or.id/content/2732/slash/0/kiat-mendapatkan-syafaat-nabi-muhammad-shallallahu-alaihi-wa-sallam/)

10. Doa Anak Sholih

Nabi shallahu alaihi wasalam bersabda :

إن الله ليرفع الدرجة للعبد الصالح في الجنة فيقول : يا رب أنى لي هذه ؟ فيقول باستغفار ولدك لك )) رواه أحمد

“ Sesungguhnya Allah Ta’ala mengangkat derajat seorang Hamba yang shalih ke dalam surga , maka hamba ini berkata ;”Wahai Tuhanku dari manakah aku mendapatkan hal ini ?” maka Allah menjawab: “ Dengan Istigfar yang dimintakan oleh anakmu.” HR. Ahmad: 5092, Bukhori dalam Adabul Mufrod dan dishahihkan Al-Albani) [Dari artikel “Kupas Tuntas Masalah Syafa’at”, karya Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As-Sidawi di Majalah Al-Furqon Edisi 7 Th. ke-12]

Hadits tersebut senada dengan hadits:

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya”. [HR. Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i] {http://almanhaj.or.id/content/2909/slash/0/ibadah-dan-amalan-yang-bermanfaat-bagi-mayit/}

Demikianlah 9 amalan atau perkara yang menyebabkan seseorang berhak atas syafa’at. Mudah-mudahan kita termasuk orang yang mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam pada hari Kiamat

 

E. Perhatian, Jangan Salah!

1. Orang-orang Musyrik dan Kafir Tidak Akan Mendapatkan Syafa’at

Orang-orang musyrik menyandarkan syafa’at kepada sembahan-sembahan mereka, di mana mereka menyembah sembahan-sembahan tersebut dan menyangka sembahan-sembahan tersebut bisa memberi syafa’at untuk mereka di sisi Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلا فِي الأرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

Dan mereka menyembah kepada selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfa’atan, dan mereka berkata: “Sembahan-sembahan itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah”. Katakanlah: “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di langit dan tidak (pula) di bumi”? Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).” (QS. Yunus: 18).

Akan tetapi syafa’at ini tertolak dan tidak bermanfaat sama sekali, sebagaimana firman-Nya,

فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ

Maka, tidak berguna bagi mereka syafa’at dari orang-orang yang memberikan syafa’at.” (QS. al-Muddatstsir: 48). [http://manisnyaiman.com/syarat-diterimanya-syafaat/]

Firman Allah dalam surat Saba’ ayat 22-23 menyebutkan :

“Katakanlah: “Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi, dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagiNya. Dan tiadalah berguna syafa’at di sisi Allah, melainkan bagi orang yang telah diizinkanNya memperoleh syafa’at itu…”.

Ibnu Qayyim rahimahullah, dalam mengupas ayat-ayat ini mengatakan: “Allah telah memutuskan semua faktor yang dijadikan oleh orang-orang musyrik untuk bertopang. Orang musyrik menganggap sesembahannya bisa memberi manfaat padanya, padahal tidak ada manfaat, kecuali dari yang memiliki salah satu dari empat hal, yaitu: Maha memiliki apa yang diharapkan oleh hambanya. Jika bukan yang memiliki itu, setidaknya ia sekutunya. Jika bukan sekutunya, mestinya ia penolong atau pembantunya. Jika bukan penolong dan pembantunya, mestinya ia pemberi syafa’at darinya”.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyangkal keempat hal ini secara urut, dirinci dari atas ke bawah. Allah menyangkal kepemilikan, persekutuan, pertolongan dan pemberian syafa’at yang dimintakan oleh orang musyrik. Allah menetapkan suatu syafa’at tidak ada bagian bagi orang musyrik untuk mendapatkannya, yaitu syafa’at yang dengan izinNya. Cukuplah ayat ini sebagai pelita dan petunjuk untuk memurnikan tauhid kepadaNya dan menjadi penolak dasar-dasar kesyirikan dan unsur-unsurnya bagi yang memahaminya. [Lihat Madaarijus Salikin, I/372-373] {http://almanhaj.or.id/content/2732/slash/0/kiat-mendapatkan-syafaat-nabi-muhammad-shallallahu-alaihi-wa-sallam/}

Adapun dalil dari hadits Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shohihnya no. 99 di atas

Al-Hafizh Ibnu Hajar rohimahulloh mengatakan: “Ucapan beliau: ‘Orang yang mengucapkan La ilaha illallah’ adalah untuk mengecualikan orang yang menyekutukan Allah; dan ucapan beliau ‘dengan penuh keikhlasan’ mengecualikan orang-orang yang munafiq dalam mengucapkannya. (Lihat Fathul Bari 1/236)

Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rohimahulloh menjelaskan: “Kaum musyrikin tidak mendapatkan syafaat sedikitpun, karena mereka tidak mengucapkan La ilaha illallah… Dan (perkataan beliau: dengan penuh keikhlasan) mengecualikan orang yang mengucapkan kalimat Laa ilaha illallah karena kemunafikan, mereka tidak mendapatkan syafaat sedikitpun… Dan ucapan Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallam ‘dengan penuh keikhlasan’ artinya selamat (aqidahnya) tanpa dikotori sedikitpun oleh sifat riya` (ingin pamer dalam beramal) dan sum’ah (memper-dengarkan amalnya dengan harapan mendapatkan pujian dari orang lain). Ini merupakan gambaran sebuah persaksian (terhadap La ilaha illallah) dengan penuh keyakinan.” (Lihat Al-Qaulul Mufid 1/440) (http://asysyariah.com/benarkah-syafaat-diminta-kepada-selain-allah-2.html)

2. Jangan Meminta Syafa’at kepada Selain Alloh

Pada hakekatnya syafaat hanyalah milik Allah. Allah Ta’ala berfirman (artinya) “Katakanlah: Hanya kepunyaan Allah lah syafaat itu semuannya. Milik-Nya lah kerajaan langit dan bumi. Kemudiaan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS. Az Zumar: 44). Dalam  ayat di atas,  dengan jelas Allah menyebutkan bahwa seluruh syafaat hanyalah milik-Nya semata. Allah kemudian memberikan kepada sebagian hamba-Nya untuk memberikan syafaat kepada sebagian hamba yang lainnya dengan tujuan untuk memuliakan dan menampakkan kedudukan pemberi syafaat dibanding yang disyafaati serta memberikan keutamaan dan karunia-Nya kepada yang disyafaati untuk bisa mendapatkan kenikmatan yang lebih baik atau kebebasan dari adzab-Nya.

Orang yang memberi syafaat dan orang yang diberi syafaat itu pun bukan sembarang orang. Syafaat hanya terjadi jika ada izin Allah kepada orang yang memberi syafaat untuk memberi syafaat dan ridha Allah kepada pemberi syafaat dan yang disyafaati. Allah berfirman (artinya), “Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (QS. Al Anbiya: 28)

Setelah kita memahami hakekat syafaat, hendaknya kita meminta syafaat hanya kepada Allah. Karena hanya Allahlah yang memiliki syafaat. Barangsiapa yang meminta syafaaat kepada selain Allah, pada hakekatnya dia telah berdoa kepada selain Allah. Ini merupakan salah satu bentuk kesyirikan, meskipun dia meminta kepada Nabi shalallhu ‘alaihi wa sallam. Dengan demikian,  salah ketika orang yang meminta syafaat mengatakan  : “Wahai Nabi, berilah aku syafaat”, atau “ Wahai Nabi, syafaatilah aku”, dan yang semisalnya.

Syafaat hanya milik Allah dan Nabi tidak bisa memberikan syafaat tanpa ridho dan izin dari-Nya. Sehingga, tidak boleh meminta syafaat kepada makhluk, termasuk kepada Nabi sekalipun. Mengapa? Karena meminta syafaat adalah termasuk doa permintaan. Seseorang yang meminta syafaat kepada selain Allah berarti dia telah berdoa kepada selain Allah. Doa adalah ibadah yang harus ditujukan kepada Allah dan tidak boleh ditujukan kepada selain-Nya. Barang siapa yang beribadah kepada selain Allah dia telah melakukan syirik akbar. Demikian pula bagi orang yang meminta syafaat kepada selain Allah dia telah berbuat syirik akbar. [Lihat Syarhu al Qowaaidil Arba’, Syaikh Sholeh Alu Syaikh] {http://buletin.muslim.or.id/aqidah/jangan-salah-meminta-syafaat}

Boleh juga meminta kepada Allah agar para pemberi syafa’at diizinkan untuk mensyafa’ati di akhirat nanti. Seperti doa berikut ini, “Ya Allah, jadikanlah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pemberi syafa’at bagiku. Dan janganlah engkau haramkan atasku syafa’atnya”.

Adapun meminta kepada orang yang masih hidup, maka jika ia meminta agar orang tersebut berdo’a kepada Allah agar ia termasuk orang yang mendapatkan syafa’at di akhirat maka hukumnya boleh, karena meminta kepada yang mampu untuk melakukanya. Namun, jika ia meminta kepada orang tersebut syafa’at di akhirat maka hukumnya syirik, karena ia telah meminta kepada seseorang suatu hal yang tidak mampu dilakukan selain Allah.

Adapun meminta kepada orang yang sudah mati maka hukumnya syirik akbar baik dia minta agar dido’akan atau meminta untuk disyafa’ati. (http://muslim.or.id/aqidah/syafaat-hanya-milik-allah.html)

3. Ziarah Kubur Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam tidak termasuk Faktor yang Bisa Menyebabkan Seseorang untuk Mendapatkan Syafa’at

Ziarah kubur di manapun bukan sarana utuk mendapatkan syafa’at. Ibnul Qoyyim berkata:

“Adapun ziarah kubur yang dilakukan seorang musyrik, asalnya adalah peribadatan kepada berhala (dengan mengharapkan syafaat dari penghuni kubur sebagaimana orang-orang musyrik terdahulu mengharapkan syafaat dari sesembahan mereka)”. (Disadur dari Ighatsatul Lahafan hlm. 288—290) [http://asysyariah.com/ziarah-kubur-antara-tauhid-dan-syirik.html]

Adapun pendapat sebagian orang, bahwa di antara sebab-sebab untuk bisa mendapatkan syafa’at adalah dengan ziarah ke kubur Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka berdalil dengan hadits-hadits yang palsu, dan sama sekali tidak ada asalnya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (http://almanhaj.or.id/content/2732/slash/0/kiat-mendapatkan-syafaat-nabi-muhammad-shallallahu-alaihi-wa-sallam/)

Berkaitan dengan hadits-hadits yang dijadikan dalil oleh orang yang berpendapat itu, para ulama muhaqiqun telah menyatakan bahwa tidak ada hadits yang tsabit (akurat) dalam masalah ini, comtohnya

“Barang siapa berziarah ke kuburku, ia mesti meraih syafatku”[Untuk mengetahui tahrij dan derajatnya, kitab-kitab berikut ini: Ar-Raddu ‘Ala Al-Ahknai karya Ibnu Taimiyyah hal.29, Ash Sharimul Manki Fir Raddhi ‘Ala As-Subki karya Ibnu Abdul Hadi hal. 29, Audhahu Al-Isyarah Fir Radhi ‘Ala Man Ajaza Al-Mamnu’ Min Az-Ziyarah karya Ahmad An-Najmi hal. 133-139]

“Barang siapa mengunjungi kuburku, maka syafaat ku akan menyongsongnya”[Ash-Sharimul Al-Munki hal. 55]

Dan hadits, “Barang siapa mengunjungi ku, bukan karena suatu keperluan kecuali hanya ingin berziarah kekuburku, maka ia berhak aku menjadi pemberi syafaat baginya”[Ash-Sharimul Al-Munki hal. 68]

[Dari kitab meraih syafaat Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam) karangan DR. Nashir bin Abdurrahman Al-Juda’i melalui perantaraan situs: http://almujaddid2010.blogspot.com/2010/05/apakah-berziarah-kekubur-rasulullah.html]

Ada juga riwayat-riwayat lain yang tersebar di masyarakat seperti:

“Barang siapa yang berziarah ke kuburanku, niscaya baginya akan mendapatkan syafaatku.”

dalam hadist lain juga dijelaskan :

“Barangsiapa berziarah ke kuburanku dan kuburan bapakku pada satu tahun (yang sama), aku menjamin baginya Al Jannah.”

dalam hadits lain juga menjelaskan :

“Barangsiapa berhaji dalam keadaan tidak berziarah ke kuburanku, berarti ia meremehkanku”

Semua hadits-hadits di atas ini dho’if (lemah) bahkan maudhlu’ (palsu), sehingga tidak diriwayatkan oleh Al-Imam Bukhari, Muslim, tidak pula Ashabus-Sunan; Abu Daud, An-Nasai’ dan selain keduanya, tidak pula Imam Malik, Asy-Syafi’i, Ahmad, Ats-Tsauri, Al-Auzai’, Al-Laitsi dan lainnya dari para imam-imam ahlu hadits. (lihat Majmu’ Fatawa 27/29-30). [http://www.salafy.or.id/ziara/]

Orang yang ziarah dan yang lain tidak boleh berdoa kepada orang yang mati; atau istighatsah kepada mereka; atau bernadzar untuk mereka; atau menyembelih untuk mereka di samping kubur mereka, atau di tempat manapun; beribadah dengan hal itu kepada mereka agar memberi syafaat baginya, atau menyembuhkan orang yang sakit, atau menolong terhadap musuhnya, atau tujuan lainnya. Karena perkara-perkara ini termasuk ibadah dan semua ibadah harus ditujukan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, sebagaimana firman–Nya:

 وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam(menjalankan) agama yang lurus (QS. al-Bayyinah: 5)

 

Tambahan Faedah

1. Baca juga artikel mengenai macam-macam syafa’at di http://asysyariah.com/benarkah-syafaat-diminta-kepada-selain-allah-2.htmlhttp://manisnyaiman.com/syarat-diterimanya-syafaat/; dan http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihataqidah&parent_id=161&parent_section=aq46&idjudul=1

2. Dengarkan juga rangkaian kajian tentang syafa’at di: http://us.kajian.net/kajian-audio/Ceramah/Abdullah%20Zaen/Syafaat

3. Baca juga buku: “Agar Kita Mendapat Syafa’at” karya Hammud bin Abdullah Al-Mathar  dan “Meraih Syafaat Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam” karya DR. Nashir bin Abdurrahman Al-Juda’i berikut ini:

alhilyah.com

atsar.ilmusunnah.com

 

 

 

 

 

 

 

Penutup

Pemahaman yang benar tentang syafa’at akan memotivasi orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari akhir untuk semakin giat beribadah dan mengamalkan ketaatan kepada Allah Ta’ala, juga akan menambah kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam [Lihat kitab Asy-Syafa’ah hal. 3]

Lebih dari pada itu, memahami masalah ini akan menumbuhsuburkan dalam diri orang yang beriman kecintaan kepada Allah, karena dia mengetahui betapa agung kasih sayang dan rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertauhid, dengan DiaSubhanahu wa Ta’ala senantiasa memudahkan bagi mereka sebab-sebab untuk pengampunan dosa-dosa mereka, agar mereka meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk dapat meraih semua kebaikan dan kemuliaan yang dijanjikan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang beriman di dunia dan di akhirat kelak, sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar, Mahadekat, dan Maha Mengabulkan doa(http://manisnyaiman.com/hikmah-manfaat-pemberian-izin-syafaat-allah/)

Wallohu A’lam. Semoga Bermanfaat

Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad, beserta keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik hingga hari kiamat.

 

 

Abu Muhammad

Palembang, 12 Jumadits Tsaniyah 1434 H/ 22 April 2013

 

Download dalam bentuk pdf, artikel: 10 Amalan atau Perkara yang Menyebabkan Seseorang Mendapatkan Syafa’at, Mau? (1 dan 2)

Leave a comment