Gallery

Tahukah Keutamaan 12 Surat Al-Qur’an ini? (2)

Artikel sebelumnya di: Tahukah Keutamaan 12 Surat Al-Qur’an ini? (1)

 

muawwidzatain

 I. Surat Al-Kaafiruun

  1. Melepaskan dari kesyirikan

حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ قَالَ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ فَرْوَةَ بْنِ نَوْفَلٍ عَنْ جَبَلَةَ بْنِ حَارِثَةَ قَالَ
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلِّمْنِي شَيْئًا أَقُولُهُ عِنْدَ مَنَامِي قَالَ إِذَا أَخَذْتَ مَضْجَعَكَ فَقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ حَتَّى تَخْتِمَهَا فَإِنَّهَا بَرَاءَةٌ مِنْ الشِّرْكِ

Telah menceritakan kepada kami Hajjaaj, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Syariik, dari Abu Ishaaq, dari Farwah bin Naufal, dari Jabalah bin Haaritsah -radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata, aku berkata, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah aku sesuatu yang dapat aku baca ketika akan tidur.” Beliau Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika kau hendak menuju pembaringan, maka bacalah “Qul yaa ayyuhal kaafiruun (Al-Kaafiruun)” hingga akhir surat, karena ia akan melepaskannya dari kesyirikan.” [Musnad Ahmad no. 23381; Sunan An-Nasaa’iy Al-Kubraa no. 10564] – Hasan lighairihi, dan dalam sanadnya terdapat pembicaraan. Hadits ini disebutkan oleh Al-Haafizh Ibnu Hajar dalam Al-Ishaabah 1/456 pada biografi Jabalah bin Haaritsah, dan beliau menshahihkannya.

  1. Sama dengan ¼ Al-Qur’an

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ الْعَلافُ الْمِصْرِيُّ، وَأَحْمَدُ بْنُ حَمَّادِ بْنِ زُغْبَةَ، قَالا: ثنا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ، أنا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ زَحْرٍ، عَنْ لَيْثِ بْنِ أَبِي سُلَيْمٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: ” قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ، وَ قُلْ يَأَيُّهَا الْكَافِرُونَ تَعْدِلُ رُبْعَ الْقُرْآنِ، وَكَانَ يَقْرَأُ بِهِمَا فِي رَكْعَتَيِ الْفَجْرِ، وَقَالَ: هَاتَانِ الرَّكْعَتَانِ فِيهَا رَغِبَ الدَّهْرُ

Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Ayyuub Al-‘Alaaf Al-Mishriy dan Ahmad bin Hammaad bin Zughbah, keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Sa’iid bin Abi Maryam, telah mengkhabarkan kepada kami Yahyaa bin Ayyuub, dari ‘Ubaidullaah bin Zahr, dari Laits bin Abu Sulaim, dari Mujaahid, dari Ibnu ‘Umar -radhiyallahu ‘anhuma-, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Qul huwallaahu ahad sama dengan sepertiga Al-Qur’an, dan Qul yaa ayyuhal kaafiruun sama dengan seperempat Al-Qur’an.” (Ibnu ‘Umar berkata) Dahulu beliau membaca keduanya pada dua raka’at shalat Fajr, beliau bersabda, “Pada dua raka’at ini terdapat hal-hal yang disenangi dunia dan seisinya.” [Mu’jam Al-Kabiir no. 13493; Al-Ausath no. 186] – Hasan lighairihi. Dihasankan Syaikh Al-Albaaniy dalam Silsilatu Ash-Shahiihah no. 586.

J. Surat Al-Ikhlash

  1. Al-Mu’awwidzat melindungi dari segala keburukan

Surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas disebut dengan Al-Mu’awwidzat. Sedangkan jika ingin menyebut surat Al-Falaq dan An-Nas saja, maka disebut dengan Al-Mu’awwidzatain. (http://kajianislamitb.blogspot.co.id/2012/02/ayat-ayat-al-qur-yang-sayang-jika.html)

 Jika ketiga surat ini dibaca pada sore dan pagi sebanyak tiga kali, maka dengan ayat-ayat ini akan melindungi dari segala keburukan. Dasarnya adalah hadits berikut ini:

 حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَعِيلَ بْنِ أَبِي فُدَيْكٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْبَرَّادِ عَنْ مُعَاذِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خُبَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
خَرَجْنَا فِي لَيْلَةٍ مَطِيرَةٍ وَظُلْمَةٍ شَدِيدَةٍ نَطْلُبُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي لَنَا قَالَ فَأَدْرَكْتُهُ فَقَالَ قُلْ فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ قُلْ فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا قَالَ قُلْ فَقُلْتُ مَا أَقُولُ قَالَ قُلْ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِي وَتُصْبِحُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ

Telah menceritakan kepada kami ‘Abd bin Humaid, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ismaa’iil bin Abu Fudaik, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Dzi’b, dari Abu Sa’iid Al-Barraad, dari Mu’aadz bin ‘Abdullaah bin Khubaib, dari Ayahnya -radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata, kami keluar pada malam hari ketika hujan lebat dan gelap, kami meminta Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam untuk shalat bersama kami, ‘Abdullaah bin Khubaib berkata, maka aku mendapati beliau dan beliau pun bersabda, “Ucapkan!” Namun aku tidak mengucapkan apapun, kemudian beliau bersabda lagi, “Ucapkan!” Namun aku tidak juga mengucapkan apapun, beliau bersabda kembali, “Ucapkan!” Aku berkata, “Apa yang harus kuucapkan (wahai Rasul)?” Beliau bersabda, “Ucapkan, Qul huwallaahu ahad dan Al-Mu’awwidzatain (Al-Falaq dan An-Naas) saat sore dan pagi hari tiga kali, maka mereka akan mencukupimu dari segala sesuatu.” [Jaami’ At-Tirmidziy no. 3575; Sunan Abu Daawud no. 5082; Sunan An-Nasaa’iy no. 5428; Musnad Ahmad no. 22156] – Hasan. Dihasankan Al-Haafizh Ibnu Hajar dalam Nataa’ijul Ifkaar 2/345 dan Syaikh Al-Albaaniy dalam Takhriij Al-Misykaah no. 2104.

Surat Al-Ikhlash merupakan favorit hampir semua kaum muslimin karena pendeknya, tetapi sedikit sekali yang mampu mentadabburi maknanya.

  1. Sebanding dengan 1/3 Al-Qur-an.

Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa seorang laki-laki mendengar seseorang yang membaca surat: “Qul Huwallahu Ahad” dan orang itu selalu mengulang-ngulangnya. Di pagi harinya, maka laki-laki itu pun segera menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengadukan mengenai seseorang yang ia dengar semalam membaca surat yang sepertinya ia menganggap sangat sedikit. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآن

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya surat itu benar-benar menyamai sepertiga Al Qur-an.” (HR. Bukhari no. 4627)

Selengkapnya di: https://abumuhammadblog.wordpress.com/2013/04/11/surat-al-ikhlas-sebanding-dengan-13-al-quran/

  1. Kencintai pada Surat Al-Ikhlas akan memasukkan ke dalam surga

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
كَانَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ يَؤُمُّهُمْ فِي مَسْجِدِ قُبَاءَ فَكَانَ كُلَّمَا افْتَتَحَ سُورَةً يَقْرَأُ لَهُمْ فِي الصَّلَاةِ فَقَرَأَ بِهَا افْتَتَحَ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْهَا ثُمَّ يَقْرَأُ بِسُورَةٍ أُخْرَى مَعَهَا وَكَانَ يَصْنَعُ ذَلِكَ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ فَكَلَّمَهُ أَصْحَابُهُ فَقَالُوا إِنَّكَ تَقْرَأُ بِهَذِهِ السُّورَةِ ثُمَّ لَا تَرَى أَنَّهَا تُجْزِئُكَ حَتَّى تَقْرَأَ بِسُورَةٍ أُخْرَى فَإِمَّا أَنْ تَقْرَأَ بِهَا وَإِمَّا أَنْ تَدَعَهَا وَتَقْرَأَ بِسُورَةٍ أُخْرَى قَالَ مَا أَنَا بِتَارِكِهَا إِنْ أَحْبَبْتُمْ أَنْ أَؤُمَّكُمْ بِهَا فَعَلْتُ وَإِنْ كَرِهْتُمْ تَرَكْتُكُمْ وَكَانُوا يَرَوْنَهُ أَفْضَلَهُمْ وَكَرِهُوا أَنْ يَؤُمَّهُمْ غَيْرُهُ فَلَمَّا أَتَاهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرُوهُ الْخَبَرَ فَقَالَ يَا فُلَانُ مَا يَمْنَعُكَ مِمَّا يَأْمُرُ بِهِ أَصْحَابُكَ وَمَا يَحْمِلُكَ أَنْ تَقْرَأَ هَذِهِ السُّورَةَ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُحِبُّهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ حُبَّهَا أَدْخَلَكَ الْجَنَّةَ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ismaa’iil, telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil bin Abu Uwais, telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziiz bin Muhammad, dari ‘Ubaidullaah bin ‘Umar, dari Tsaabit Al-Bunaaniy, dari Anas bin Maalik, ia berkata, seorang laki-laki Anshar mengimami mereka di Masjid Qubaa’, setiap kali mengawali untuk membaca surat (setelah surat Al-Faatihah) dalam shalat ia selalu memulainya dengan membaca Qul huwallaahu ahad hingga selesai, lalu ia melanjutkan dengan surat yang lain dan ia selalu melakukannya di setiap rakaat. Lantas para sahabatnya berbicara padanya, mereka berkata, “Kau membaca surat itu lalu menurutmu itu tidak mencukupimu hingga kau melanjutkannya dengan surat yang lain? Bacalah surat tersebut atau tinggalkan lalu bacalah surat yang lain!” Laki-laki Anshar itu berkata, “Aku tidak akan meninggalkannya! Bila kalian ingin aku menjadi imam kalian dengan membacanya maka aku akan melakukannya, dan bila kalian tidak suka maka aku akan meninggalkan kalian!” Sementara mereka melihatnya sebagai orang yang paling afdhal di antara mereka, maka mereka tidak ingin diimami oleh orang lain. Ketika Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam mendatangi mereka, maka mereka memberitahukan masalah itu, lalu beliau bersabda (kepada laki-laki Anshar tersebut), “Wahai fulan, apa yang menghalangimu untuk melakukan yang diperintahkan teman-temanmu dan apa yang mendorongmu membaca surat itu disetiap rakaat?” Dia menjawab, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mencintai surat tersebut.” Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya mencintai surat tersebut akan memasukkanmu ke dalam surga.”  [Jaami’ At-Tirmidziy no. 2901; Musnad Ahmad no. 12024; Sunan Ad-Daarimiy no. 3435] – Hasan. Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahiih At-Tirmidziy berkata, “Hasan shahiih.”

Keutamaan surat Al-Ikhlas dapat disimak dalam video berikut ini: https://www.youtube.com/watch?v=kwjyzIrtTuI

K. dan L. Surat Al-Falaq dan An-Naas 

  1. Al-Mu’awwidzat melindungi dari segala keburukan

Sebagaimana hadits yang telah disebutkan di atas. Bacalah ketiga surat tersebut di pagi & sore hari masing-masing 3x untuk mendapatkan keutamaan yang besar ini.

Keutamaan lengkap seputar dzikir pagi dan petang dapat dibaca di:

https://abumuhammadblog.wordpress.com/2013/05/20/keutamaan-dzikir-pagi-dan-petang-yang-sangat-menggiurkan/

  1. Tidak ada yang semisalnya (karena keutamaannya yang besar)

Sebagaimana tertuang dalam hadits berikut ini:

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda:

أَلَمْ تَر آيَاتٍ أُنْزِلَتْ هَذِهِ اللَّيْلَةَ لَمْ يُرَ مِثلُهُن قَطُّ ؟ قُلْ أَعُوذُ برَبِّ الفَلَقِ ، وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

“Tidakkah kamu mengetahui bahwa pada malam ini telah diturunkan beberapa ayat yang tidak pernah sama sekali dilihat ada yang semisalnya; Qul A’uudzu bi rabbil falaq dan Qul A’uudzu bi Rabbinnaas. (HR. Muslim no.814)

Dan juga berdasarkan hadits:

حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا ابْنُ عَيَّاشٍ عَنْ أَسِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْخَثْعَمِيِّ عَنْ فَرْوَةَ بْنِ مُجَاهِدٍ اللَّخْمِيِّ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ
لَقِيتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لِي يَا عُقْبَةُ بْنَ عَامِرٍ صِلْ مَنْ قَطَعَكَ وَأَعْطِ مَنْ حَرَمَكَ وَاعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَكَ قَالَ ثُمَّ أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لِي يَا عُقْبَةُ بْنَ عَامِرٍ أَمْلِكْ لِسَانَكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ قَالَ ثُمَّ لَقِيتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لِي يَا عُقْبَةُ بْنَ عَامِرٍ أَلَا أُعَلِّمُكَ سُوَرًا مَا أُنْزِلَتْ فِي التَّوْرَاةِ وَلَا فِي الزَّبُورِ وَلَا فِي الْإِنْجِيلِ وَلَا فِي الْفُرْقَانِ مِثْلُهُنَّ لَا يَأْتِيَنَّ عَلَيْكَ لَيْلَةٌ إِلَّا قَرَأْتَهُنَّ فِيهَا قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
قَالَ عُقْبَةُ فَمَا أَتَتْ عَلَيَّ لَيْلَةٌ إِلَّا قَرَأْتُهُنَّ فِيهَا وَحُقَّ لِي أَنْ لَا أَدَعَهُنَّ وَقَدْ أَمَرَنِي بِهِنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Telah menceritakan kepada kami Husain bin Muhammad, telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Ayyaasy, dari Asiid bin ‘Abdurrahman Al-Khats’amiy, dari Farwah bin Mujaahid Al-Lakhmiy, dari ‘Uqbah bin ‘Aamir -radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata, aku berjumpa dengan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda kepadaku, “Wahai ‘Uqbah bin ‘Aamir, sambunglah (tali silaturahim) dari orang yang memutuskannya, berikanlah (sedekah) kepada orang yang telah mengharamkanmu (memusuhimu), maafkanlah orang yang telah menzhalimimu.” ‘Uqbah berkata, kemudian aku mendatangi Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam (di lain waktu), beliau bersabda kepadaku, “Wahai ‘Uqbah bin ‘Aamir, tahanlah lisanmu, menangislah atas kesalahan-kesalahanmu, dan lapangkan rumahmu.” ‘Uqbah berkata, kemudian aku mendatangi Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam (di lain waktu), beliau bersabda kepadaku, “Wahai ‘Uqbah bin ‘Aamir, maukah kau kuajarkan surat-surat yang tidak diturunkan di Taurat, Zabur dan Injil, dan tidak juga di Al-Qur’an yang semisal dengannya? Janganlah sekali-kali kau memasuki waktu malam kecuali kau telah membacanya, surat-surat itu adalah Qul huwallaahu ahad, Qul a’uudzubirabbil falaq dan Qul a’uudzubirabbin naas.” ‘Uqbah berkata, “Maka tidaklah aku memasuki waktu malam kecuali aku telah membacanya dan sudah keharusan untukku bahwasanya aku tidak akan meninggalkannya, dan sungguh Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam telah memerintahkan yang demikian kepadaku.”  [Musnad Ahmad no. 16999] – Hasan. Dihasankan Syaikh Al-Albaaniy dalam Silsilatu Ash-Shahiihah 6/859.

  1. Al-Mu’awwidzat disunnahkan dibaca sebelum tidur

Berdasarkan dalil di atas, selain pada pagi & sore hari masing-masing 3x, Al- Mu’awwidzat disunnahkan juga untuk dibaca pada malam hari.  Bisa juga dibaca sebelum tidur masing-masing 3x  berdasarkan hadits berikut ini:

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا الْمُفَضَّلُ بْنُ فَضَالَةَ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’iid, telah menceritakan kepada kami Al-Mufadhdhal bin Fadhaalah, dari ‘Uqail, dari Ibnu Syihaab, dari ‘Urwah, dari ‘Aaisyah, bahwa dahulu Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam jika hendak beranjak ke pembaringannya pada setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya kemudian meniup keduanya dan beliau membaca, “Qul huwallaahu ahad, Qul a’uudzubirabbil falaq dan Qul a’uudzubirabbin naas,” kemudian beliau mengusap dengan kedua telapak tangannya apa yang dapat dijangkau dari anggota tubuh beliau, dimulai dari kepala, wajah dan pada anggota tubuh yang dapat beliau jangkau, beliau melakukannya tiga kali. [Shahiih Al-Bukhaariy no. 5018; Sunan Abu Daawud no. 5056; Jaami’ At-Tirmidziy no. 3402] [https://muhandisun.wordpress.com/2013/08/04/hadits-hadits-shahih-dan-hasan-keutamaan-beberapa-surat-al-quran/]

Selain itu, Al- Mu’awwidzat juga merupakan suart yang dibaca saat dzikir setelah shalat fardhu ( HR. Nasai no. 1336 dan Abu Dawud no. 1523. Dinyatakan shahih oleh Al-Albani), dan ketika meruqyah ( HR. Bukhari no. 5748 )  (http://kajianislamitb.blogspot.co.id/2012/02/ayat-ayat-al-qur-yang-sayang-jika.html)

Video terkait Surat Al-Falaq dan An-Naas, misalnya:

https://www.youtube.com/watch?v=YdnA5HLwUDY

https://www.youtube.com/watch?v=JNVw46uHH6Y

https://www.youtube.com/watch?v=E6ljKF8J14o dan

https://www.youtube.com/watch?v=a4VDwMAgDCM

Peringatan:

Beberapa Hadits Dhaif (lemah) dan Maudhu’ (palsu) tentang Fadhilah Surat

Setiap muslim yang mencintai Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, pasti merindukan sabda-sabda beliau sebagai petunjuk dan lentera di tengah kegelapan, atau tetesan embun di saat kehausan. Akan tetapi wajib bagi setiap muslim membedakan mana yang shahih dan mana yang tidak.

Pada kesempatan ini perlu kiranya kita sertakan beberapa hadits lemah dan palsu yang sering terdengar dari lisan-lisan manusia. Dengan harapan bisa menjadi nasihat bagi kita semua. Wallahul Muwaffiq.

a. Keutamaan Surat Yasin

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ قَلْباً وَقَلْبُ الْقُرْآنِ يس وَمَنْ قَرَأَ يس كَتَبَ اللهُ لَهُ بِقِرَاءَتِهَا قِرَاءَةَ الْقُرآنِ عَشْرَ مَرَّاتٍ

“Sungguh segala sesuatu memiliki jantung, dan jantungnya Al-Qur’an adalah Yasin. Barangsiapa membaca Yasin maka Allah subhanahu wa ta’ala akan mencatat baginya dengan membacanya seperti membaca Al-Qur’an sepuluh kali.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi dalam As-Sunan Kitab Fadha’ilul Qur’an (no. 2887) dan Ad-Darimi dalam As-Sunan (no. 3417). Dalam sanadnya ada Harun Abu Muhammad. At-Tirmidzi berkata: “Syaikhun Majhul (Dia adalah syaikh yang tidak dikenal).” Asy-Syaikh Al-Albani menghukumi hadits ini sebagai hadits maudhu’ dalam Dha’if At-Tirmidzi.)

Bacalah artikel yang mengupas tentang hadits-hadits lemah seputar surat Yasin di: http://muslim.or.id/270-derajat-hadits-fadhilah-surat-yasin.html

b. Keutamaan Surat Ad-Dukhan

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ قَرَأَ حم الدُّخَانَ فِيْ لَيْلَةٍ أَصْبَحَ يَسْتَغْفِرُ لَهُ سَبعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ

“Barangsiapa membaca di malam hari surat Ad-Dukhan, di pagi harinya, 70.000 malaikat akan beristighfar (memintakan ampun) untuknya.” (Hadits diriwayatkan At-Tirmidzi dalam As-Sunan Kitab Fadha’ilul Qur’an (no. 2888), Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (5/411-412), dan Ibnu ‘Adi dalam Al-Kamil (5/1720). Dalam sanadnya ada ‘Umar bin Abdillah bin Abi Khas’am. Al-Bukhari berkata sebagaimana diriwayatkan At-Tirmidzi dalam As-Sunan: “Huwa Munkarul Hadits (Dia haditsnya munkar).” Al-Albani dalam Dha’if Al-Jami’ As-Shaghir wa ziyadatuhu mengatakan: “Maudhu’ (Hadits ini palsu).”

c. Keutamaan Surat Al-Kahfi

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِي يَومِ الْجُمْعَةِ سَطِعَ لَهُ نُورٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيءُ لَهُ يَومَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَينَ الْجُمْعَتَيْنِ

“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi di hari Jum’at, akan memancar baginya cahaya dari bawah kakinya menuju puncak-puncak langit menyinarinya pada hari kiamat dan diampuni dosa-dosanya antara dua jum’at.” (Ibnu Katsir melemahkan hadits ini. Beliau berkata: “Isnaduhu gharib.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/70). Dalam sanadnya ada Khalid bin Sa’id bin Abi Maryam Al-Madani. Ibnul Madini berkata tentangnya dalam Al-‘Ilal (hal. 109): “Laa Na’rifuhu (Kami tidak mengenalnya).” Asy-Syaikh Al-Albani menghukuminya sebagai hadits munkar. (Tamamul Minnah hal. 324-325)

d. Keutamaan Surat Al-Waqi’ah

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْوَاقِعَةِ كُلَّ لَيلَةٍ لَمْ تُصِْبهُ فَاقَةٌ أَبَدًا

“Barangsiapa membaca surat Al-Waqi’ah setiap malam, tidak akan ditimpa kemiskinan selama-lamanya.” (Diriwayatkan oleh Al-Baghawi dalam Tafsir-nya (4/320). Dalam sanad hadits ada Abu Thibyah Al-Jurjani, dan Syuja’. Keduanya majhul (tidak dikenal). Ahmad bin Hambal berkata: “Hadza Haditsun Munkar Wa Syuja’ La a’rifuhu (Hadits ini munkar. Adapun Syuja’, aku tidak mengenalnya).”)

e. Keutamaan Surat Al-Fatihah

Diriwayatkan dari Ubai bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَا أُبَيُّ، مَنْ قَرَأَ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ أُعْطِيَ مِنَ الْأَجْرِ كَأَنَّمَا قَرَأَ ثُلُثَيِ الْقُرْآنِ وَأُعْطِيَ مِنَ الْأجْرِ كَأَنَّمَا تَصَدَّقَ عَلَى كُلِّ مُؤْمِنٍ وَمُؤْمِنَةٍ، وَمَنْ قَرَأَ آلَ عِمْرَانَ أُعْطِيَ بِكُلِّ آيَةٍ مِنْهَا أَمَانًا عَلَى جِسْرِ جَهَنَّمَ، وَمَنْ قَرَأَ سُورَةَ النِّسَاءِ أُعْطِيَ مِنَ الْأَجْرِ كَأَنَّمَا تَصَدَّقَ عَلَى كُلِّ مَنْ وَرَثَ مِيرَاثًا، وَمَنْ قَرَأَ الْمَائِدَةَ أُعْطِيَ عَشَرَ حَسَنَاتٍ وَمُحِيَ عَنْهُ عَشَرَ سَيِّئَاتٍ وَرُفِعَ لَهُ عَشَرَ دَرَجَاتٍ بِعَدَدِ كُلِّ يَهُودِيٍّ وَنَصْرَانِيٍّ وَتَنَفُّسٍ فِي الدُّنْيَا، وَمَنْ قَرَأَ الْأَنْعَامَ صَلَّى عَلَيهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ، وَمَنْ قَرَأَ الْأَعْرَافَ جَعَلَ اللهُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ إِبْلِيْسَ حِجَاباً، وَمَنْ قَرَأَ الْأَنْفَالَ أَكُونُ لَهُ شَفِيعًا وَشَاهِدًا وَبَرِيءَ مِنَ النِّفَاقِ، وَمَنْ قَرَأَ يُونُسَ أُعْطِيَ مِنَ الْأَجْرِ عَشَرَ حَسَنَاتٍ بِعَدَدِ مَنْ كَذَّبَ بِيُونُسَ وَصَدَّقَ بِهِ وَبِعَدَدِ مَنْ غَرِقَ مَعَ فِرْعَوْنَ …

“Wahai Ubai, barangsiapa membaca Al-Fatihah ia diberi pahala seperti seorang membaca dua pertiga Al-Qur’an, dan akan diberi pahala seperti bersedekah kepada setiap orang mukmin dan mukminah. Barangsiapa membaca surat Ali ‘Imran maka dari tiap ayatnya ia akan mendapatkan keamanan (saat melalui) jembatan jahannam. Barangsiapa membaca surat An-Nisa’ maka ia akan diberi pahala seperti halnya sedekah kepada semua orang yang memperoleh harta warisan. Barangsiapa membaca surat Al-Maidah maka ia akan diberi pahala sepuluh kebaikan, dileburkan darinya sepuluh kejelekan dan diangkat martabatnya sepuluh derajat setara dengan jumlah semua orang Yahudi dan Nasrani, dan nafas di dunia. Barangsiapa membaca Al-An’am maka 70.000 malaikat akan bershalawat atasnya. Barangsiapa membaca surat Al-A’raf, Allah l akan menjadikan penghalang antara dia dan iblis. Barangsiapa membaca surat Al-Anfal, aku akan memberi syafaat untuknya dan menjadi saksi baginya serta dia terbebas dari kemunafikan. Barangsiapa membaca surat Yunus akan diberi pahala sepuluh kebaikan yang setara dengan jumlah orang yang mendustakan Nabi Yunus dan yang membenarkannya, serta sebanyak orang-orang yang tenggelam bersama Fir’aun….” [Diriwayatkan Abul Faraj Ibnul Jauzi rahimahullah dalam kitabnya Al-Maudhu’at (1/239-241), Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “… hadits ini maudhu’ (palsu) menurut kesepakatan ahlul ilmi.” (Majmu’ Fatawa, 13/354)]

Bolehkah Meriwayatkan Hadits Maudhu’ dengan Tujuan Targhib (Memberikan Semangat dalam Beramal) ?

Sejenak kita melihat alasan kaum sufi ketika memalsukan hadits-hadits fadhail (keutamaan-keutamaan) surat Al-Qur’an. Mereka berkata: “Kami membuat (baca: memalsukan) hadits-hadits fadhail demi kebaikan. Kami melihat manusia malas membaca Al-Qur’an maka perlu dibuat hadits-hadits berisi keutamaan dan pahala-pahala besar, sebagai targhib (dorongan) bagi mereka agar kembali mencintai Al-Qur’an.”

Sepintas perkataan mereka terasa manis dan indah. Tapi ucapan itu adalah bisa yang membinasakan.

Kita katakan kepada mereka:

Pertama: Bukankah ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam yang shahih tentang keutamaan Al-Qur’an sangatlah banyak? Semuanya mendorong dan membangkitkan kaum muslimin untuk kembali pada kitab Allah subhanahu wa ta’ala. Lalu mengapa kalian justru berpaling dari nash-nash yang shahih kepada kedustaan atas nama Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam?

Kedua: Tidakkah kalian tahu bahwa berdusta atas nama Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam apapun tujuannya termasuk kaba’ir (dosa besar). Berdasar sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam:

مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

“Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja hendaknya dia menempati tempat duduknya di neraka.”  (Hadits mutawatir, As-Suyuthi menyebutkan hadits ini dari 78 sahabat, dalam kitabnya Qathful Azhar hal. 23.)

Dr. Abdush Shamad bin Bakr mengatakan: “Dalam hadits ini terdapat dalil yang terang akan beratnya keharaman berdusta atas nama Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam dan perbuatan ini termasuk dosa-dosa besar… Maka tidak boleh berdusta atas nama beliau bagaimanapun keadaannya, apapun alasannya. Sebab, berdusta atas nama beliau berakibat kerusakan yang sangat besar dan luas. Bahayanya menimpa agama, karena segala yang berkaitan dengan beliau n dijadikan sebagai syariat, baik ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan, atau persetujuan-persetujuannya. Oleh karena itu telah datang sebuah sabda dari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam:

إِنَّ كَذِباً عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ

“Sesungguhnya dusta atas namaku tidak seperti kedustaan atas seseorang (selain aku).” (HR. Al-Bukhari dalam Ash-Shahih no. 1291 dan Muslim dalam Muqaddimah (1/10 no.4).) (Al-Wadh’u wal Wadhdha’un fil Hadits An-Nabawi hal. 15-16)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Sebagian orang-orang jahil, pemalsu (hadits-hadits fadhail) berkata: ‘Kami berbohong justru dalam rangka membela Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, bukan berbohong untuk mengkhianati beliau.’ Dia tidak tahu bahwa sebenarnya orang yang mengucapkan atas nama Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam sesuatu yang tidak pernah beliau ucapkan sungguh dia telah berdusta (mengkhianati) Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam. Dan orang tersebut berhak diganjar dengan ancaman yang sangat pedih.” (Al-Manarul Munif Fi Ash-Shahih Wadh-Dha’if hal. 114-115)

 [http://asysyariah.com/mengenal-hadits-hadits-lemah-dan-palsu-dalam-fadhail-al-quran/]

Penutup

Setelah kita mengetahui keutamaan-keutamaan surat-surat tersebut, maka tidak ada faidahnya jika kita tidak berusaha mendapatkan keutamaan-keutamaan tersebut dengan cara mengamalkannya baik berupa merutinkan membaca di waktu-waktu tertentu (misalnya pagi-sore serta sebelum tidur) dan menghafalkannya.

Semoga Allah memudahkan kita semua untuk dapat meraih semua keutamaan tersebut. Wallahu a’lam. Semoga Bermanfaat

Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad, beserta keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik hingga hari kiamat.

Abu Muhammad

Palembang, 30 Rabi’ul Awwal 1438 H/ 29 Desember 2016

Download dalam bentuk pdf artikel: Tahukah Keutamaan 12 Surat Al-Qur’an ini?

Leave a comment