Gallery

10 Amalan atau Perkara yang Menyebabkan Seseorang Mendapatkan Syafa’at, Mau (1)?

samanthadmalloy.com

samanthadmalloy.com

Mengimani syafa’at dari Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari Kiamat adalah termasuk salah satu prinsip dasar aqidah (keyakinan)Ahlus Sunnah wal Jamaah yang tercantum dalam dalam kitab-kitab aqidah para imam Ahlus Sunnah. [Lihat kitab Asy-Syafaa’ah tulisan syaikh Muqbil al-Waadi’i (hal. 4)]

Imam Ahmad bin Hambal berkata, “(Termasuk landasan pokok Islam adalah kewajiban) mengimani syafa’at Nabi Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam (dari Allah Subhanahu wa Ta’ala) kepada suatu kaum (dari orang-orang muslim sehingga) mereka dikeluarkan dari neraka setelah mereka terbakar (api neraka) dan menjadi arang, kemudian Allah memerintahkan agar mereka dimasukkan ke dalam sungai di depan pintu surga, sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits, sesuai dengan kehendak Allah.” [Kitab Ushuulus Sunnah (hal. 4).] {http://manisnyaiman.com/syafaat-dari-allah-menurut-ahlus-sunnah-wal-jamaah/}

Sebelum kita membahas amalan atau perkara yang bisa menyebabkan seseorang untuk mendapatkan syafa’at tersebut mari kita ulas mengenai definisi syafa’at; syarat-syarat agar seseorang berhak atasnya; dan pengahalang-penghalang syafa’at.

 

A. Definisi syafa’at

Secara bahasa syafa’at berarti menjadikan sesuatu genap (berpasangan). Asy-syaf’u artinya genap lawan dari al-witru (genap). [[Lihat kitab Lisaanul ‘Arab (8/183), Al-Qamuusul Muhiith (hal. 947) dan Syarhul Aqiidatil Waasithiyyah (2/168)]

Adapun dalam istilah syariat: syafa’at adalah menjadi penengah bagi orang lain untuk mengusahakan kebaikan atau mencegah keburukan. 

Definisi ini sesuai dengan makna syafa’at secara bahasa, karena dengan adanya penengah maka jadilah keduanya genap. [Kitab Syarhul Aqiidatil Waasithiyyah (2/168)]

Imam Ibnul Atsir berkata, “(Lafazh) syafa’at disebutkan berulang kali dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perkara yang berkaitan dengan urusan dunia maupun akhirat. Syafa’at ini artinya memohon (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) agar (Dia) mengampuni dosa-dosa dan kesalahan (yang terjadi) di antara mereka. [Kitab Syarhul Aqiidatil Waasithiyyah (2/168)] {http://manisnyaiman.com/syafaat-dari-allah-menurut-ahlus-sunnah-wal-jamaah/}

 

B. Syarat-syarat untuk Mendapatkan Syafa’at

Semua syafa’at adalah milik Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, maka syafa’at yang diterima di sisi-Nya hanyalah syafa’at yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan-Nya. [Lihat kitab Tafsir Ibnu Katsir (4/72) dan Tafsir al-Qurthubi (15/264)]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

قُلْ لِلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا

Katakanlah, “Semua syafa’at itu milik Allah (semata-mata).” (QS. az-Zumar: 44).

Syarat-syarat diterimanya syafa’at tersebut adalah:

1- Ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap orang yang akan memberi syafa’at.

Dalam hal ini mereka adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Nabi lainnya ‘alaihissalam, serta para Malaikat dan orang-orang yang shalih dari kaum mukminin, demikian juga anak-anak kaum muslimin yang meninggal dunia sebelum baligh (dewasa), dua atau tiga orang, dapat memberi syafa’at kepada orang tuanya. [Sebagaimana dalam hadits riwayat an-Nasa’i (no. 1876), Ahmad (2/510 dan 6/431) dan al-Hakim  (no. 1416), dinyatakan shahih oleh Imam al-Hakim, adz-Dzahabi dan Syaikh al-Albani.]

2- Ridha Allah Ta’ala terhadap orang yang akan diberi syafa’at, berdasarkan firman Alloh ‘Azza wa Jalla

وَلا يَشْفَعُونَ إِلا لِمَنِ ارْتَضَى

Dan mereka tidak (bisa) memberi syafa’at melainkan kepada orang yang diridhai Allah.” (QS. al-Anbiyaa’: 28)

3- Izin Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam pemberian syafa’at tersebut. Dan izin dari-Nya adalah setelah ridha-Nya kepada orang yang akan memberi syafa’at dan orang yang akan diberi syafa’at. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ

Siapakah (tiada seorangpun) yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya.” (QS. al-Baqarah: 255).

Demikian pula firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat-ayat berikut,

يَوْمَئِذٍ لا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلاً

Pada hari itu (hari kemudian) tidak berguna syafa’at, kecuali (syafa’at) orang yang diberi izin oleh Allah Maha Pemurah, dan Dia telah meridhai perkataannya.” (QS. Thaahaa: 109).

وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَى

Dan betapa banyak Malaikat di langit, syafa’at mereka sedikitpun tidak berguna kecuali setelah Allah mengizinkannya bagi orang yang dikehendaki dan diridhai-Nya.” (QS an-Najm: 26)

[Lihat kitab-kitab berikut: Tafsir Ibnu Katsir (4/72), Tafsir al-Qurthubi (15/264), Fathul Majiid (hal. 244-245), Syarhul Aqiidatil Waasithiyyah (2/168) dan Al-Irsyad ila Shahiihil I’tiqaad (hal. 224)] {http://manisnyaiman.com/syarat-diterimanya-syafaat/}

 

C. Penghalang-penghalang Syafa’at

Ada hal-hal yang bisa menghalangi seseorang dari syafa’at. Hal ini perlu diketahui agar kita semua dapat terhindar dari perbuatan-perbuatan tersebut:

1. Syirik kepada Alloh Ta’ala

Syirik adalah dosa terbesar yang tidak akan diampuni oleh Alloh kecuali jika pelakunya bertaubat. Dalil yang menunjukkan bahwa syirik adalah penghalang syafa’at adalah firman Alloh Ta’ala:

ءَأَتَّخِذُ مِن دُونِهِ ءَالِهَةً إِن يُرِدْنِ الرَّحْمَـنُ بِضُرٍّ لاَّتُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا وَلاَيُنقِذُونَ {23} إِنِّي إِذًا لَّفِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ {24}

Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya, jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudaratan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikit pun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata. (QS. Yasin: 23-24)

2. Pemimpin dzolim dan sikap berlebih-lebihan dalam agama

Hal ini berdasarkan hadits:

“Dua golongan yang tidak akan mendapatkan syafa’atku: pemimpin dzolim lagi penipu dan orang-orang yang berlebih-lebihan dalam agama, keluar darinya.” (HR. Ibnu Abi Ashim dalam As-Sunnah 1/23 dan Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabir 20/214 dan dishahihkan Al-Albani)

3. Suka melaknat tanpa aturan

Abu Ad-Darda` radhiallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا يَكُونُ اللَّعَّانُونَ شُفَعَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Sesungguhnya orang-orang yang suka melaknat itu tidak akan dapat menjadi syuhada’ (orang-orang yang menjadi saksi) dan tidak pula dapat memberi syafa’at pada hari kiamat kelak.” (HR. Muslim no. 2598) [http://al-atsariyyah.com/mukmin-bukanlah-pelaknat.html] {Dari artikel “Kupas Tuntas Masalah Syafa’at”, karya Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As-Sidawi di Majalah Al-Furqon Edisi 7 Th. ke-12}

Tibalah saatnya kita membahas inti dari artikel ini

 

D. Amalan atau Perkara yang Bisa Menjadikan Sebab Seseorang Memperoleh Syafa’at pada Hari Kiamat

Setiap muslim mendambakan syafa’at Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena pada hari Kiamat nanti, tidak ada yang menolong seorang hamba, kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian amal-amal shalih yang dikerjakan seorang hamba, serta syafa’at Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Adapun kiat-kiat seorang muslim untuk mendapatkan syafa’at, yaitu :

1. Tauhid dan mengikhlaskan ibadah kepada Allah serta ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kebalikan dari syirik yang merupakan penghalang syafaat di atas tentu tauhid. Tidak diragukan lagi bahwa tauhid sebagai penyebab yang paling besar untuk mendapatkan syafa’at pada hari Kiamat. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya: “Siapakah orang yang paling bahagia dengan syafa’atmu pada hari Kiamat?” Nabi menjawab :

أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ

“Yang paling bahagia dengan syafa’atku pada hari Kiamat adalah, orang yang mengucapkan Laa ilaahaa illallaah dengan ikhlas dari hatinya atau dirinya”. [HR Bukhari, no. 99]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : ”Syafa’at, sebabnya adalah tauhid kepada Allah, dan mengikhlaskan agama dan ibadah dengan segala macamnya kepada Allah. Semakin kuat keikhlasan seseorang, maka dia berhak mendapatkan syafa’at. Sebagaimana dia juga berhak mendapatkan segala macam rahmat. Sesungguhnya, syafa’at adalah salah satu sebab kasih sayang Allah kepada hambaNya. Dan yang paling berhak dengan rahmatNya adalah ahlut- tauhid dan orang-orang yang ikhlas kepadaNya. Setiap yang paling sempurna dalam mewujudkan kalimat ikhlas (laa ilaahaa illallaah) dengan ilmu, keyakinan, amal, dan berlepas diri dari berbagai bentuk kesyirikan, loyal kepada kalimat tauhid, memusuhi orang yang menolak kalimat ini, maka dia yang paling berhak dengan rahmat Allah. [Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, XIV/414 dengan ringkas].

2. Membaca al Qur`an.

Dari Abi Umamah bahwasannya dia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ

“Bacalah al Qur`an. Sesungguhnya al Qur`an akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi sahabatnya…” [HR Muslim, no.804].

Yang dimaksud para sahabat al Qur`an, mereka adalah orang-orang yang membacanya, mentadabburinya, dan mengamalkan isinya. (http://almanhaj.or.id/content/2732/slash/0/kiat-mendapatkan-syafaat-nabi-muhammad-shallallahu-alaihi-wa-sallam/)

Al-Qur’an akan memberikan syafa’at (dengan izin Allah) bagi orang yang membacanya (dengan menghayati artinya) dan mengamalkan isinya [Lihat kitab “Bahjatun naazhiriin” (2/240)] {http://muslim.or.id/tafsir/keutamaan-membaca-surat-al-mulk.html}

3. Sering Membaca Surat Al-Mulk

Senada dengan poin no. 3, secara khusus, sering-seringlah membaca surat Al-Mulk, setiap malam (sebelum tidur)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

سُورَةٌ مِنَ الْقُرْآنِ ثَلاَثُونَ آيَةً تَشْفَعُ لِصَاحِبِهَا حَتَّى يُغْفَرَ لَهُ {تَبَارَكَ الَّذِى بِيَدِهِ الْمُلْكُ}. وفي رواية: فأخرجته من النار و أدخلته الجنة »

Satu surat dalam al-Qur’an (yang terdiri dari) tiga puluh ayat (pada hari kiamat) akan memberi syafa’at (dengan izin Allah Ta’ala) bagi orang yang selalu membacanya (dengan merenungkan artinya) sehingga Allah mengampuni (dosa-dosa)nya, (yaitu surat al-Mulk): “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan/kekuasaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Dalam riwayat lain: “…sehingga dia dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga” [HR Abu Dawud (no. 1400), at-Tirmidzi (no. 2891), Ibnu Majah (no. 3786), Ahmad (2/299) dan al-Hakim (no. 2075 dan 3838), dinyatakan shahih oleh imam al-Hakim dan disepakati oleh imam adz-Dzahabi, serta dinyatakan hasan oleh imam at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani]

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan membaca surat ini secara kontinyu [Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (2/453)], karena ini merupakan sebab untuk mendapatkan syafa’at dengan izin Allah Ta’ala.

Hadits ini semakna dengan hadits lain dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Satu surat dalam al-Qur’an yang hanya (terdiri dari) tiga puluh ayat akan membela orang yang selalu membacanya (di hadapan Allah Ta’ala) sehingga dia dimasukkan ke dalam surga, yaitu surat: “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan/kekuasaan” [HR ath-Thabarani dalam “al-Mu’jamul ausath” (no. 3654) dan “al-Mu’jamush shagiir” (no. 490), dinyatakan shahih oleh al-Haitsami dan Ibnu hajar (dinukil dalam kitab “Faidhul Qadiir” 4/115) dan dinyatakan hasan oleh syaikh al-Albani dalam “Shahiihul jaami’ish shagiir” (no. 3644)]

Faidah penting lainnya:

– Keutamaan dalam hadits ini diperuntukkan bagi orang yang selalu membaca surat al-Mulk dengan secara kontinyu disertai dengan merenungkan kandungannya dan menghayati artinya [Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (4/115)].

– Surat ini termasuk surat-surat al-Qur’an yang biasa dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum tidur di malam hari, karena agungnya kandungan maknanya [HR at-Tirmidzi (no. 2892) dan Ahmad (3/340), dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani dalam “ash-Shahiihah” (no. 585) (http://muslim.or.id/tafsir/keutamaan-membaca-surat-al-mulk.html)

– Membaca surat Al-Mulk setiap malam juga dapat menghindarkan pemiliknya dari adzab kubur. Selengkapnya baca di: https://abumuhammadblog.wordpress.com/2012/12/26/dzikir-agar-terhindar-dari-adzab-kubur/

4. Puasa

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ قَالَ فَيُشَفَّعَانِ

Puasa dan al Qur`an akan memberi syafa’at kepada seorang hamba pada hari Kiamat kelak. Puasa akan berkata : “Wahai, Rabb-ku. Aku telah menahannya dari makan pada siang hari dan nafsu syahwat. Karenanya, perkenankan aku untuk memberi syafa’at kepadanya”. Sedangkan al Qur`an berkata : “Aku telah melarangnya dari tidur pada malam hari. Karenanya, perkenankan aku untuk memberi syafa’at kepadanya”. Maka keduanya pun memberi syafa’at”. [HR Ahmad, II/174; al Hakim, I/554; dari Abdullah bin ‘Amr. Sanad hadits ini hasan. Hadits ini dishahihkan oleh al Hakim dan disetujui oleh Imam adz Dzahabi. Kata Imam al Haitsami, diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani dalam Mu’jam Kabir. Rijal hadits ini rijal shahih. Lihat Majma’uz Zawaid III/181. Dishahihkan oleh al Albani dalam Tamamul Minnah, hlm. 394]

5. Tinggal di Madinah, sabar tehadap cobaannya, dan mati disana.

Abu Sa’id pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَا يَصْبِرُ أَحَدٌ عَلَى لَأْوَائِهَا فَيَمُوتَ إِلَّا كُنْتُ لَهُ شَفِيعًا أَوْ شَهِيدًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا كَانَ مُسْلِمًا

“Tidaklah seseorang sabar terhadap kesusahannya (Madinah) kemudian dia mati, kecuali aku akan memberikan syafa’at padanya, atau menjadi saksi baginya pada hari Kiamat. Jika dia seorang muslim” [HR Muslim, no.1374, 477; dari Abu Sa’id al Khudri].

لَا يَصْبِرُ عَلَى لَأْوَاءِ الْمَدِينَةِ وَشِدَّتِهَا أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِي إِلَّا كُنْتُ لَهُ شَفِيعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَوْ شَهِيدًا

“Tidaklah seseorang dari umatku sabar terhadap cobaan Madinah dan kesusahannya, kecuali aku akan memberikan syafa’at padanya atau menjadi saksi baginya pada hari Kiamat”. [HR Muslim, no.1378, 484; dari Abu Hurairah].

مَنْ اسْتَطَاعَ أَنْ يَمُوتَ بِالْمَدِينَةِ فَلْيَمُتْ بِهَا فَإِنِّي أَشْفَعُ لِمَنْ يَمُوتُ بِهَا

“Barangsiapa yang ingin mati di Madinah, maka matilah disana. Sesungguhnya aku akan memberi syafa’at bagi orang yang mati disana“. [HR Ahmad, II/74,104; Tirmidzi, no.3917; Ibnu Majah, no.3112; Ibnu Hibban, no. 3741, dari Ibnu Umar. Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan shahih”].

6. Shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Dari Ibnu Mas’ud, bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً

“Orang yang paling berhak mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat adalah yang paling banyak shalawat kepadaku” [HR Tirmidzi, no.484, hasan].

7. Memperbanyak sujud.

Dari Rabi’ah bin Ka’ab al Aslami, dia berkata: “Aku pernah bermalam bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku mendatangi beliau sambil membawa air untuk wudhu’ beliau. Kemudian beliau berkata kepadaku,’Mintalah’. Aku berkata,’Aku minta untuk dapat menemanimu di surga,’ kemudian beliau berkata, ‘Atau selain itu?’ Aku berkata,’Itu saja’. Lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ

“Tolonglah aku atas dirimu dengan banyak bersujud”. [HR Muslim, no.489, 226].

8. Doa setelah adzan

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa yang membaca ketika mendengar adzan “Allohumma Robba hadzihid da’watit taammah wash sholaatil qooimah aati muhammadanil wasiilata wal fadhiilah wab’atshu maqoomam mahmuudah alladzii wa’attah” [Ya Allah, Rabb pemilik panggilan yang sempurna ini dan shalat (wajib) yang didirikan. Berilah al wasilah (derajat di surga), dan keutamaan kepada Muhammad, dan bangkitkan beliau, sehingga bisa menempati maqam terpuji yang engkau janjikan]. Maka dia berhak mendapatkan syafa’atku pada hari Kiamat”. [HR Bukhari no.614, dari Jabir bin Abdillah]

(Dari artikel “Kiat Mendapatkan Syafa’at Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam” karya Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas yang disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun IX/1426 H/2005 M melalui perantaraan situs http://almanhaj.or.id/content/2732/slash/0/kiat-mendapatkan-syafaat-nabi-muhammad-shallallahu-alaihi-wa-sallam/)

Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, beliau mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَىَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِىَ الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِى الْجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِى إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِىَ الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ

Apabila kalian mendengar mu’adzin, maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan oleh muadzin, lalu bershalawatlah kepadaku, maka sungguh siapa saja yang bershalawat kepadaku sekali, Allah akan bershalawat kepadanya sebanyak 10x. Kemudian mintalah pada Allah wasilah bagiku karena wasilah adalah sebuah kedudukan di surga. Tidaklah layak mendapatkan kedudukan tersebut kecuali untuk satu orang di antara hamba Allah. Aku berharap aku adalah dia. Barangsiapa meminta wasilah untukku, dia berhak mendapatkan syafa’atku.” (HR. Muslim no. 875) [http://rumaysho.com/belajar-islam/jalan-kebenaran/3395-shalawatan-setelah-adzan.html]

Syaikh Al-Albani rohimahulloh berkata: ” Dalam hadits ini ada tiga sunnah yang sering dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu menjawab adzan, sholawat kepada Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam usai menjawabnya, dan memintakan wasilah untuk Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam. Anehnya, engkau perhatikan sebagian orang yang sangat fanatik memperjuangkan bid’ahnya sholawat muadzin secara keras usai adzan, padahal hal tersebut merupakan kebid’ahan dalam agama dengan kesepakatan ulama. Kalau mereka melakukan hal itu dengan alasan cinta Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam, lantas kenapakah mereka tidak menghidupkan sunnah ini dan meninggalkan bid’ah tersebut?! Kita memohon hidayah.” (Ta’liq Fadhlush Sholah ‘ala Nabi, hlm. 49-50 melalui perantaraan artikel “Kupas Tuntas Masalah Syafa’at”, karya Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As-Sidawi di Majalah Al-Furqon Edisi 7 Th. ke-12)

 

Bersambung ke: 10 Amalan atau Perkara yang Menyebabkan Seseorang Mendapatkan Syafa’at, Mau (2)?

Leave a comment