Gallery

Koreksi Kesalahan Seputar Dzikir Setelah Sholat (11) [Kesalahan Lainnya]

Artikel sebelumnya di: Koreksi Kesalahan Seputar Dzikir Setelah Sholat (10) [Bid’ahkah Berjabat Tangan Setelah Sholat?-2]

 

G. Kesalahan-kesalahan Lainnya

123rf.com

123rf.com

Sebagai tambahan, untuk melengkapi pembahasan ini, ada beberapa kesalahan lagi seputar dzikir setelah sholat, misalnya:

1. Menggerak-gerakkan tubuh ketika berdzikir

Ini termasuk menyerupai orang Yahudi ketika mereka membaca kitab mereka. Berkata Ar-Ra’i Al-Andalusi rohimahulloh: “Demikian pula penduduk Mesir telah menyerupai Yahudi dalam bergerak-gerak di saat belajar dan sibuk. Dan ini termasuk perbuatan orang Yahudi.”

Dalam kitab Tash-hih Ad-Du’a (hal. 80-81) disebutkan: “Wajib atas orang-orang yang berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala, yang bertawajjuh dengan doa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, para penghafal Kitab Allah, yang membuat madrasah-madrasah dan halaqah tahfidz Al Qur’an agar meninggalkan bid’ah bergerak-gerak ketika membaca. Dan hendaklah mendidik anak-anak kaum muslimin di atas sunnah dan menjauhi bid’ah.” (http://asysyariah.com/bidahnya-dzikir-berjamaah.html)

 

2. Berdzikir dengan bacaan yang tidak ada nash/ dalilnya, baik lafazh maupun bilangannya, atau berdzikir dengan dasar hadits yang dha’if (lemah) atau maudhu’ (palsu).

Contoh:

–      Sesudah salam membaca: “Alhamdulillaah.”

–      Membaca surat al-Faatihah setelah salam.

–      Membaca beberapa ayat terakhir surat al-Hasyr dan lainnya. (http://doandzikir.wordpress.com/2011/06/18/peringatan-penting-tentang-kesalahan-sesudah-shalat/)

Dengarkan juga kajian Ust. Dzulqarnain terkait masalah ini yang dapat didownload di: http://mp3tx.com/15-kesalahan-setelah-shalat-alustadzdzulqarnain-mp3-download.html

Demikianlah, rangkaian pembahasan mengenai kesalahan-kesalahan setelah sholat, semoga bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Semoga Alloh yang tiada sekutu bagi-Nya menjadikan usaha penyusun ikhlas karena-Nya dan menjadi pemberat timbangan di akhirat kelak.

 

Rangkuman (Artikel 1 s.d. 11)

1. Apakah dzikir setelah sholat dikeraskan atau tidak, hal ini memang terdapat khilafiyah ijtihadiyah dimana sesama muslim selayaknya bertoleransi. Ini dalam konteks sendiri-sendiri, bukan berjama’ah satu suara. Akan tetapi yang lebih mendekati kebenaran adalah dilirihkan agar lebih khusyu’, ikhlas, dan tidak mengganggu jama’ah lainnya. Wallohu a’lam

2. Dzikir berjama’ah dengan dipimpin imam, satu suara, jelas merupakan hal yang bid’ah, sebagaimana difatwakan oleh para ‘Ulama dan tidak adanya dalil yang shohih atas masalah ini.

3. Terkait penggunaan biji tasbih untuk berdzikir juga ada khilafiyah dari sejak dahulu tentang penshohihan suatu hadits. Akan tetapi semua ‘ulama sepakat bahwa berdzikir dengan menggunakan jari tangan lebih afdhol. Oleh karena itu, selayaknya selalu berdzikir dengan jari tangan (kanan) dan menjauhi pemakaian biji tasbih sebagai bentuk kehati-hatian

4. Doa masalah/mutlak (bebas, tidak ada lafal tertentu) sebaiknya dilakukan sebelum salam (saat munajat seorang hamba kepada Robbnya belum terputus). Adapun doa muqoyyad/ibadah, memang ada riwayat yang shohih bahwa Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam melakukannya setelah salam.

5. Mengangkat tangan ketika berdoa setelah sholat dengan doa masalah sebaiknya jangan rutin dilakukan setelah sholat, karena tidak adanya dalil khusus tentang masalah ini. Akan tetapi, jika seseorang tetap ingin berdoa, kadang-kadang saja, maka tidak mengapa, dengan dasar keumuman dalil akan bolehnya berdoa setiap saat.

6. Mengusap muka setelah dzikir seusai sholat tidak ada landasannya dari dalil yang shohih. Oleh karena itu, hal ini termasuk bid’ah dan selayaknya dihindari

7. Secara umum jabat tangan dilakukan saat bertemu dan berpisah. Adapun mengkhususkan jabat tangan setelah sholat sudah difatwakan kemakruhannya oleh para ulama dari semenjak dahulu sampai sekarang. Perkara ini merupakan bid’ah yang selayaknya juga ditinggalkan

8. Kesalahan-kesalahan lainnya yaitu berdoa sambil menggerak-gerakkan badan dan berdoa dengan tidak berdasar dalil yang shohih. Wallohu a’lam

 

Penutup

Sebagai seorang muslim, selayaknya kita selalu berpedoman kepada sunnah yang pasti/shahih dari beliau shallallâhu ‘alaihi wasallam yang berupa perbuatan dan perkataan. Yang prinsip bukanlah banyaknya ibadah, tetapi adalah ibadah itu haruslah di atas (sesuai dengan) sunnah, jauh dari bid’ah. (http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=250)

Dan hal itu juga telah diisyaratkan juga oleh Ibnu Mas’ud radhiyallâhu’anhu dengan perkataannya:

عَنْ عَبْدِ اللهِ (بْنِ مَسْعُوْد) قَالَ : الْقَصْدُ فِي السُّنَّةِ خَيْرٌ مِنْ الاجْتِهَادِ فِي الْبِدْعَةِ

Dari ’Abdullah (bin Mas’ud) radliyallaahu ’anhu ia berkata : “Sederhana dalam sunnah itu lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam bid’ah” [Diriwayatkan oleh Ad-Darimi no. 223, Al-Laalikaiy dalam Syarh Ushuulil-I’tiqad no. 14, 114, Al-Haakim 1/103, dan yang lainnya; sanad riwayat ini jayyid]. (http://pecintamanhajsalaf.wordpress.com/2011/09/24/bidah-menurut-imam-syafii/)

Semoga Alloh yang Maha membolak-balikkan hati hamba-Nya mengaruniai keistiqomahan kepada penyusun secara khusus dan kepada seluruh kaum muslimin secara umum untuk selalu berpegang kepada sunnah dan menjauhi bid’ah

Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad, beserta keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik hingga hari kiamat.

 Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihat

 

Abu Muhammad

Palembang, 17 Sya’ban 1434 H/ 26 Juni 2013

 

Download dalam bentuk pdf, artikel: Koreksi Kesalahan Seputar Dzikir Setelah Sholat (1 s.d 11, lengkap)

Leave a comment