Gallery

Saya Sedang Tertimpa Musibah, Alhamdulillah… (3)

Artikel sebelumnya di: Saya Sedang Tertimpa Musibah, Alhamdulillah… (2)

 

indahnya-kesabaran

6Percaya kepada Taqdir Allah

Sesungguhnya kepercayaan seorang hamba kepada taqdir Allah serta menyerahkan ketetapan taqdir itu kepada Allah merupakan pertolongan yang paling besar untuk mengatasi berbagai macam musibah, juga pengetahuan seorang hamba Allah bahwa kebaikan dan keburukan yang dialaminya adalah merupakan taqdir Allah yang telah ditetapkan kepadanya, pemahamannya yang seperti ini adalah buah dari keyakinannya kepada Allah yang dapat menyejukkan hatinya, Allah berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأَرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22) لِكَيْلا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُور

“Tiada sesuatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Luhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada-mu.” (Al-Hadiid: 22-23).

Keyakinan seorang Mu’min terhadap taqdir yang seperti ini adalah sikap yang amat mendukung untuk timbulnya sikap sabar dalam dirinya, karena merubah taqdir yang telah Allah tetapkan kepada seorang hamba adalah suatu hal yang mustahil. Dan perlu diketahui bahwa kesedihan, kegelisahan dan kejemuan serta perasaan tertekan tidak dapat merubah taqdir Allah sedikitpun, maka langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang Mu’min yang tertimpa musibah adalah bersabar agar pahalanya tidak hilang. (http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatkajian&parent_id=1230&parent_section=kj046&idjudul=1)

Sabar terhadap takdir termasuk kesempurnaan tauhid

Syaikh Al Imam Al Mujaddid Al Mushlih Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu ta’ala membuat sebuah bab di dalam Kitab Tauhid beliau yang berjudul, “Bab Minal iman billah, ash-shabru ‘ala aqdarillah” (Bab Bersabar dalam menghadapi takdir Allah termasuk cabang keimanan kepada Allah)

Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullahu ta’ala mengatakan dalam penjelasannya tentang bab yang sangat berfaedah ini (diringkas)

… “Hakikat penghambaan adalah tunduk melaksanakan perintah syari’at serta menjauhi larangan syari’at dan bersabar menghadapi musibah-musibah. Musibah yang dijadikan sebagai batu ujian oleh Allah jalla wa ‘ala untuk menempa hamba-hamba-Nya. Dengan demikian ujian itu bisa melalui sarana ajaran agama dan melalui sarana keputusan takdir.

… Untuk melaksanakan berbagai kewajiban tentu saja dibutuhkan bekal kesabaran. Untuk meninggalkan berbagai larangan dibutuhkan bekal kesabaran. Begitu pula saat menghadapi keputusan takdir kauni (yang menyakitkan) tentu juga diperlukan bekal kesabaran. Oleh sebab itulah sebagian ulama mengatakan, “Sesungguhnya sabar terbagi tiga; sabar dalam berbuat taat, sabar dalam menahan diri dari maksiat dan sabar tatkala menerima takdir Allah yang terasa menyakitkan.”

Karena amat sedikitnya dijumpai orang yang sanggup bersabar tatkala tertimpa musibah maka Syaikh pun membuat sebuah bab tersendiri, semoga Allah merahmati beliau. Hal itu beliau lakukan dalam rangka menjelaskan bahwasanya sabar termasuk bagian dari kesempurnaan tauhid. Sabar termasuk kewajiban yang harus ditunaikan oleh hamba, sehingga ia pun bersabar menanggung ketentuan takdir Allah.

Ungkapan rasa marah dan tak mau sabar itulah yang banyak muncul dalam diri orang-orang tatkala mereka mendapatkan ujian berupa ditimpakannya musibah. Dengan alasan itulah beliau membuat bab ini, untuk menerangkan bahwa sabar adalah hal yang wajib dilakukan tatkala tertimpa takdir yang terasa menyakitkan. Dengan hal itu beliau juga ingin memberikan penegasan bahwa bersabar dalam rangka menjalankan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan hukumnya juga wajib.

… Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Di dalam al-Qur’an kata sabar disebutkan dalam 90 tempat lebih. Sabar adalah bagian iman, sebagaimana kedudukan kepala bagi jasad. Sebab orang yang tidak punya kesabaran dalam menjalankan ketaatan, tidak punya kesabaran untuk menjauhi maksiat serta tidak sabar tatkala tertimpa takdir yang menyakitkan maka dia kehilangan banyak sekali bagian keimanan”

Perkataan beliau “Bab Minal imaan, ash shabru ‘ala aqdaarillah” artinya: salah satu ciri karakteristik iman kepada Allah adalah bersabar tatkala menghadapi takdir-takdir Allah. Keimanan itu mempunyai cabang-cabang. Sebagaimana kekufuran juga bercabang-cabang.

Maka dengan perkataan “Minal imaan ash shabru” beliau ingin memberikan penegasan bahwa sabar termasuk salah satu cabang keimanan. Beliau juga memberikan penegasan melalui sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yang menunjukkan bahwa niyaahah (meratapi mayit) itu juga termasuk salah satu cabang kekufuran. Sehingga setiap cabang kekafiran itu harus dihadapi dengan cabang keimanan. Meratapi mayit adalah sebuah cabang kekafiran maka dia harus dihadapi dengan sebuah cabang keimanan yaitu bersabar terhadap takdir Allah yang terasa menyakitkan” (At Tamhiid, hal.389-391) [http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/hakikat-sabar-1.html#]

 

Hal-hal yang Dapat Menghambat Sikap Sabar

Selain kita harus mengetahui, hal-hal yang mendukung dalam mencapai kesabaran, maka kita harus mengetahui hal-hal yang dapat merusak dan menghambat sikap sabar, agar kita bisa menghindarinya.

1. Tergesa-gesa 

Jiwa manusia diciptakan dengan tabi’at yang suka tergesa-gesa: (Al-Anbiya: 37) dan jika sesuatu yang diingini manusia lamban datangnya maka habislah kesabaran dalam dirinya, saat itu hatinya menjadi sempit dan tergesa-gesa untuk memetik buah sebelum waktunya, maka akibatnya adalah dia tidak mendapat hasil yang baik dalam pekerjaannya, berdasarkan inilah maka Allah berfirman kepada Nabi-Nya:

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ

“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (adzab) bagi mereka.” (Al-Ahqaf: 35), Maksudnya adalah: Bahwa adzab itu akan datang kepada mereka pada saat yang telah dijanjikan-Nya.

Dan ketika Khabbab sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengeluh kepada beliau karena apa yang dialaminya berupa gangguan dari kaum Quraisy, maka beliau berkata kepadanya setelah beliau menyebutkan tentang apa yang dialami oleh orang-orang shalih pada umat-umat terdahulu: “Demi Allah, sesungguhnya Allah akan menyempurnakan urusan ini, hingga jika seseorang pergi dari negeri Shana’a menuju ke Hadramout maka ia tidak akan takut kecuali kepada Allah bahkan domba sekalipun tidak akan takut kepada serigala, akan tetapi kalian adalah golongan manusia yang suka tergesa-gesa.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari 7/126 dalam kitab Keutamaan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Bab Gangguan yang dihadapi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya dari kaum musyrikin Mekkah]

2. Marah

Baca kembali tentang sikap manusia dalam menghadapi musibah pada pembahasan sebelumnya. Sikap minimal dalam menghadapi musibah adalah bersabar. Tidak sabar hanya akan menimbulkan dosa.

Allah telah memperingatkan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, utusan-Nya, tentang akibat buruk dari sikap marah, agar beliau tidak melakukan perbuatan yang pernah dilakukan Nabi Yunus ‘alaihis salam, maka Allah berfirman:
“Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Rabbmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).” (Al-Qalam: 48).

Saat itu Nabi Yunus telah habis kesabarannya hingga hatinya menjadi sempit lalu ia segera meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah sebelum mendapat izin dari Allah, Nabi Yunus mengira bahwa Allah tidak akan menyempitkannya (mempersulitkannya), maka nyatalah bahwa Allah malah menyempitkannya yaitu dengan menjadikan dirinya di dalam perut ikan sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Anbiya: 87. Kemudian Nabi Yunus berdo’a kepada Allah untuk bertobat, maka Allah menerima tobatnya (Al-Anbiya: 88).

3. Putus Asa

Inilah sikap yang amat menghambat diri seseorang untuk bersabar, Nabi Ya’qub telah memperingatkan anak-anaknya agar tidak berputus asa dalam usaha mereka yang berulang-ulang untuk mencari Yusuf dan saudaranya, sebagaimana yang diabadikan dalam Al-Qur’an dalam Surat Yusuf: 87.

Allah juga telah memerintahkan kepada seluruh kaum Mu’minin untuk membuang sifat putus asa dari dalam diri mereka, lalu Allah menanamkan benih-benih harapan di dalam hati mereka:

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zhalim.” (Al-Imran: 139-140).

Dan Allah berfirman kepada mereka:
“Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang ada di atas dan Allah (pun) beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu.” (Muhammad: 35).

Sesungguhnya pancaran yang menyinari harapan adalah obat yang paling manjur untuk mengobati sikap putus asa, inilah yang Musa ingatkan kepada kaumnya:

“Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi ini milik Allah yang dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa” (Al-A’raf: 128). [http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatkajian&parent_id=1234&parent_section=kj046&idjudul=1]

Tambahan Faedah:

1. Baca juga tentang:

definisi sabar di http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatkajian&parent_id=1221&parent_section=kj046&idjudul=1 dan http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/hakikat-sabar-1.html#

 – tingkatan (macam-macam) sabar di http://pustakaalatsar.wordpress.com/tag/tingkat-kesabaran/http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/tips-bersabar-1-macam-macam-kesabaran.htmlhttp://www.salafy.or.id/sikap-sabar-adalah-suatu-kemestian/; dan http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatkajian&parent_id=1228&parent_section=kj046&idjudul=1

2. Kajian (ceramah) ilmiah terkait sabar dapat didapatkan di  http://statics.ilmoe.com/kajian/users/makassar/Ustadz_Dzulqarnain/Makna,_Tingkatan,_dan_Manfaat_Sabar.mp3

Penutup

Musibah merupakan kejadian yang biasa dialami oleh siapa pun.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)

Tinggal bagaimana cara kita menyikapinya. Jika bersabar, maka akan mendapatkan peluang untuk masuk Surga.

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134)

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang – orang yang bertakwa ( yaitu ) orang – orang yang menafkahkan ( hartanya ) baik waktu lapang maupun sempit dan orang – orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan ( kesalahan ) orang. Allah menyukai orang – orang yang berbuat kebajikan “ (Ali Imran : 133-134)

Semoga Allah menganugerahkan kepada kita kepribadian yang tangguh dalam menghadapi berbagai cobaan di dunia ini dan mengaruniakan tingkatan tertinggi dari kesabaran, sehingga kita senantiasa dapat bersyukur dalam menghadapi kepayahan hidup.

Demikian, semoga risalah ini bermanfaat untuk penulis secara khusus dan bagi setiap orang yang membacanya secara umum.

Wallohu A’lam bish Showab

Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad, beserta keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik hingga hari kiamat.

 Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihat

 

 

Abu Muhammad

Palembang, 6 Rajab 1434 H/ 16 Mei 2013

 

Download dalam bentuk pdf, artikel: SAYA SEDANG TERTIMPA MUSIBAH, ALHAMDULILLAH… (1 s.d. 3, lengkap)

Leave a comment