Gallery

Seandainya TNI Kita Seperti Ini…

persatuan026

Sumber: Majalah Al-Furqon Edisi 4 Th. Ke-2, Dzulqo’dah 1433 H (Agustus – September 2012)

Tambahan:

Kewajiban imam untuk meluruskan dan merapatkan shaf (http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=273)

gambar-shaf-yg-lurus-dan-yg-salah

aslibumiayu.wordpress.com

Ketika shaf dilihatnya telah lurus dan rapat, barulah seorang imam bertakbir, sebagaimana Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam mengerjakannya.

Dari Nu‘man bin Basyir radhiyallâhu’anhu berkata:

”Adalah Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wasallam meluruskan shaf kami. Seakan-akan beliau meluruskan anak panah. Sampai beliau melihat, bahwa kami telah memenuhi panggilan beliau. Kemudian, suatu hari beliau keluar (untuk shalat). Beliau berdiri, dan ketika hendak bertakbir, nampak seseorang kelihatan dadanya maju dari shaf. Beliaupun berkata:

hadits

Hendaklah kalian luruskan shaf kalian, atau Allâh akan memecah-belah persatuan kalian (HR Muslim no. 436.)

Adalah Umar bin Khattab radhiyallâhu’anhu mewakilkan seseorang untuk meluruskan shaf. Beliau tidak akan bertakbir hingga dikabarkan, bahwa shaf telah lurus. Begitu juga Ali dan Utsman melakukannya juga. Ali sering berkata, ”Maju, wahai fulan! Ke belakang, wahai fulan!” (Lihat Jami‘ Tirmidzi, 1/439; Muwaththa‘, 1/173 dan Al Umm, 1/233.)

Salah satu kesalahan yang sering terjadi, seorang imam menghadap kiblat dan dia mengucapkan dengan suara lantang, ”Rapat dan luruskan shaf,” kemudian dia langsung bertakbir. Kita tidak tahu, apakah imam tersebut tidak tahu arti rapat dan lurus. Atau rapat dan lurus yang dia maksud berbeda dengan rapat dan lurus yang dipahami oleh semua orang?!

Anas bin Malik radhiyallâhu’anhu berkata:

“Adalah salah seorang kami menempelkan bahunya ke bahu kawannya, kakinya dengan kaki kawannya.” Dalam satu riwayat disebutkan, ”Aku telah melihat salah seorang kami menempelkan bahunya ke bahu kawannya, kakinya dengan kaki temannya. Jika engkau lakukan pada zaman sekarang, niscaya mereka bagaikan keledai liar (tidak suka dengan hal itu, pen).” (HR Abu Ya‘la dalam Musnad, no. 3720 dan lain-lain, sebagaimana dalam Silsilah Shahihah, no. 31)

Oleh karena itu, Busyair bin Yasar Al Anshari berkata, dari Anas radhiyallâhu’anhu, ”Bahwa ketika beliau datang ke Madinah, dikatakan kepadanya, ’Apa yang engkau ingkari pada mereka semenjak engkau mengenal Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wasallam?’ Beliau menjawab, ’Tidak ada yang aku ingkari dari mereka, kecuali mereka tidak merapatkan shaf’.” (HR Bukhari no. 724, sebagaimana dalam kitab Akhtha-ul Mushallin, Syaikh Masyhur Hasan, halaman 207.)

Berkata Syaikh Masyhur bin Hasan hafizhahullah (Akhtha-ul Mushallin, halaman 210-211.):

”Jika para jama’ah tidak mengerjakan apa yang dikatakan oleh Anas dan Nu‘man radhiyallâhu’anhuma, maka celah-celah tetap ada di shaf. Kenyataanya, jika shaf dirapatkan, tentu shaf dapat diisi oleh dua atau tiga orang lagi. Akan tetapi, jika mereka tidak melakukannya, niscaya mereka akan jatuh ke dalam larangan syari’at. Diantaranya:

1. Membiarkan celah untuk syetan dan Allâh Ta’âla putuskan perkaranya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiyallâhu’anhu, bahwasanya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Luruskanlah shaf kalian, dan luruskanlah pundak-pundak kalian, dan tutuplah celah-celah. Jangan biarkan celah-celah tersebut untuk syetan. Barangsiapa yang menyambung shaf, niscaya Allâh akan menyambung (urusan)nya. Barangsiapa yang memutuskan shaf, niscaya Allâh akan memutus (urusan)nya.” (HR Abu Daud dalam Sunan, no. 666, dan lihat Shahih Targhib Wa Tarhib, no. 495.)

2. Perpecahan hati dan banyaknya perselisihan diantara jama’ah.

3. Hilangnya pahala yang besar, sebagaimana diterangkan dalam hadits shahih, diantaranya

sabda Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wasallam:

hadits

Sesungguhnya Allâh dan Malaikat-Nya mendo’akan orang yang menyambung shaf. (HR Ahmad dalam Musnad, 4/269, 285,304 dan yang lainnya. Hadistnya shahih.)

Tentang pentingnya meluruskan shaf dalam sholat juga bisa dilihat di: http://najiyah1400h.wordpress.com/2008/02/19/pentingnya-meluruskan-shaf-dalam-shalat-berjamaah/ atau http://abuaisyah.com/2012/05/04/kenapa-tidak-mau-merapat/

Wallohu A’lam.

Semoga Sholawat dan Salam selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad berserta sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat.

Abu Muhammad

Palembang, 25 Shafar 1434 H / 7 Januari 2013

Leave a comment