Gallery

Saya Sedang Tertimpa Musibah, Alhamdulillah… (2)

Artikel sebelumnya di: Saya Sedang Tertimpa Musibah, Alhamdulillah… (1)

 

jagspace.blogspot.com

jagspace.blogspot.com

Perkara-perkara yang Dapat Mewujudkan Kesabaran

Untuk mendapatkan kesabaran, apalagi mencapai tingkatan ridho dan syukur, maka seorang muslim harus mengetahui kiat-kiatnya. Hal-hal yang membantu sesorang untuk bersabar terhadap segala musibah yang menimpanya adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dan meyakini keutamaan sabar yang SANGAT BESAR

Selain dapat menghapuskan dosa, keutamaan lain dari sabar antara lain:

a. Allah Subhaanahu Wata’aala mengkaitkan keberuntungan dengan sikap sabar (Ali ‘Imran: 200)

b. Allah melipatgandakan pahala bagi orang-orang yang bersabar dengan gandaan yang lebih besar daripada orang-orang selain mereka (Al-Qashash: 54)

c. Allah Subhaanahu Wata’aala mengkaitkan kepemimpinan dalam agama dengan sikap sabar di samping dengan keyakinan (keimanan) [As-Sajdah: 24]

d. Mendapatkan keberkahan yang sempurna, rahmat, dan petunjuk (Al-Baqarah: 157)

e. Allah Subhaanahu Wata’aala telah menjadikan sikap sabar sebagai pertolongan dan persiapan, untuk itu Allah memerintahkan manusia untuk menjadikan sabar sebagai penolong (Al-Baqarah: 45)

f. Allah Subhaanahu Wata’aala telah mengkaitkan kemenangan dengan bersabar dan bertaqwa (Ali Imran: 125)

g. Sabar dan taqwa merupakan benteng yang kokoh untuk melindungi diri dari tipu daya dan makar musuh serta kejahatan lainnya, tidak ada perlindungan yang lebih kokoh dari pada kedua sikap itu (Ali Imran: 120)

h. Mendapatkan salam sejahtera kelak di Surga dari para malaikat akan mengucapkan karena kesabaran mereka (Ar-Ra’d: 23-24)

i. Ampunan dan pahala yang amat besar akan didapat oleh seorang hamba dengan sikap sabar dan perbuatan baik (Huud: 11)

j. Termasuk hal yang utama (Asy-Syura: 43)

k. Dicintai Alloh (Ali-Imran: 146)

l. Termasuk dari sifat-sifat yang baik (Fushshilat: 35)

m. Yang bisa mengambil manfaat dari tanda-tanda kebesaran Allah adalah orang-orang yang bersabar dan bersyukur (Ibrahim: 5, Luqman: 31, Saba: 19, dan Asy-Syura: 31) Lihat juga perkataan Ibnul Qayyim dalam Uddah Ash-Shabirin hal. 75

n. Allah Subhaanahu Wata’aala telah memberikan pujian dan sanjungan yang amat mendalam kepada Nabi Ayyub karena sikap sabar yang melekat pada dirinya (Shad: 44)

o. Kerugian bagi setiap orang yang tidak melakukan perbuatan baik, tidak beriman dan tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang saling menasehati dalam melakukan kebenaran dan kesabaran (Al-Ashr: 1-3). Lihat juga perkataan Imam Asy-Syafi’i dalam Uddah Ash-Shabirin hal. 75

p. Ciri dari golongan kanan yang akan masuk Surga adalah golongan orang-orang beriman yang saling berpesan dalam bersabar dan berkasih sayang (Al-Balad: 17-18)

q.  Sikap sabar disandingkan dengan pondasi-pondasi iman, rukun-rukun Islam (misalnya sholat), serta nilai-nilai Islam yang amat tinggi (Al-Baqarah: 45; Huud: 11; Yusuf: 90; Ibrahim: 5; Al-Ashr: 3; Al-Balad: 17; As-Sajadah: 24; Al-Ankabut: 58-59; Ghafir: 55; Muhammad: 31; An-Nahl: 96) [http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatkajian&parent_id=1226&parent_section=kj046&idjudul=1]

Selengkapnya, tentang keutamaan sabar, bacalah situs tersebut, disana juga dicantumkan berbagai hadits tentang keutamaan sikap sabar.

r. Sabar menyebabkan datangnya hidayah (QS At Taghaabun: 11). Baca pula penjelasan Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al Qar’awi dalam Al Jadiid, hal. 313 dan Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh dalam At Tamhiid, hal. 391-392 (http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/seberkas-cahaya-di-tengah-gelapnya-musibah.html)

2. Mengenal tabiat kehidupan duniawi

Sesungguhnya orang yang telah mengenal tabiat kehidupan duniawi setelah mengenal apa yang terkandung dalam kehidupan itu berupa kesulitan dan kepayahan, maka hal tersebut akan mempermudah bagi dirinya untuk lebih bisa bersabar ketika menghadapi cobaan dan ujian dalam kehidupan ini, karena ia mengalami pada suatu keadaan yang memang telah ia duga terjadinya, dan sesuatu yang telah diketahui sumbernya bukanlah suatu hal yang mengejutkan, Allah Subhaanahu Wata’aala telah memberi tahu kita tentang hakekat ini, Allah berfirman:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي كَبَدٍ

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” (Al-Balad: 4) (http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatkajian&parent_id=1230&parent_section=kj046&idjudul=1)

Dalam mukaddimah kitab Al Waabilush Shayyib, Imam Ibnul Qayyim mengatakan bahwa kehidupan manusia berputar pada tiga poros: Syukur, Sabar, dan Istighfar. Seseorang takkan lepas dari salah satu dari tiga keadaan (diringkas):

a- Ia mendapat curahan nikmat yang tak terhingga dari Allah, dan inilah mengharuskannya untuk bersyukur. Syukur memiliki tiga rukun, yang bila ketiganya diamalkan, berarti seorang hamba dianggap telah mewujudkan hakikat syukur tersebut, meski kuantitasnya masih jauh dari ‘cukup’. Ketiga rukun tersebut adalah:

1) Mengakui dalam hati bahwa nikmat tersebut dari Allah.

2) Mengucapkannya dengan lisan.

3) Menggunakan kenikmatan tersebut untuk menggapai ridha Allah, karena Dia-lah yang memberikannya.

b- Atau, boleh jadi Allah mengujinya dengan berbagai ujian, dan kewajiban hamba saat itu ialah bersabar. Definisi sabar itu sendiri meliputi tiga hal:

1) Menahan hati dari perasaan marah, kesal, dan dongkol terhadap ketentuan Allah.

2) Menahan lisan dari berkeluh kesah dan menggerutu akan takdir Allah.

3) Menahan anggota badan dari bermaksiat seperti menampar wajah, menyobek pakaian, (atau membanting pintu, piring) dan perbuatan lain yang menunjukkan sikap ‘tidak terima’ thd keputusan Allah.

Perlu kita pahami bahwa Allah menguji hamba-Nya bukan karena Dia ingin membinasakan si hamba, namun untuk mengetes sejauh mana penghambaan kita terhadap-Nya. Kalaulah Allah mewajibkan sejumlah peribadatan (yaitu hal-hal yang menjadikan kita sebagai abdi/budak-nya Allah) saat kita dalam kondisi lapang; maka Allah juga mewajibkan sejumlah peribadatan kala kita dalam kondisi sempit.

c- Yaitu begitu ia melakukan dosa, segera lah ia memohon ampun (beristighfar) kepada Allah. Ini merupakan solusi luar biasa saat seorang hamba terjerumus dalam dosa. Bila ia hamba yang bertakwa, ia akan selalu terbayang oleh dosanya, hingga dosa yang dilakukan tadi justeru berdampak positif terhadapnya di kemudian hari. (http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/rahasia-syukur-sabar-dan-istighfar.html)

Selngkapnya, bacalah situs tersebut. Maka beuntunglah seorang muslim yang mencocoki sabda Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam berikut ini:

Dari Shuhaib Ar-Rumy radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ لَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. (رواه مسلم)

“Sungguh suatu keajaiban pada urusan (kehidupan) seorang mu’min, karena seluruh urusannya adalah baik baginya, suatu urusan yang tidak dimiliki oleh seorang pun kecuali oleh orang yang beriman, yaitu jika ia mendapat kebaikan kemudian ia bersyukur maka hal itu adalah baik baginya, dan jika ia tertimpa keburukan kemudian ia bersabar maka hal itupun adalah baik baginya”, (HR. Muslim). [http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatkajian&parent_id=1226&parent_section=kj046&idjudul=1]

3. Anda harus tahu bahwa Anda dan apa yang ada di tangan Anda semuanya adalah milik Allah, dan kepada-Nya lah Anda akan kembali

Allah Subhaanahu Wata’aala berfirman:

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allahlah (datangnya)” (An-Nahl: 53).

Allah Subhaanahu Wata’aala telah mengajari kita dalam kitab-Nya, hendaknya ketika kita tertimpa musibah kita mengucapkan:

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

“Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesunguhnya kepada-Nyalah kami kembali.” (Al-Baqarah: 156).

Ummu Sulaim, istri dari Abu Thalhah, telah memahami hal ini dengan tepat saat putra tercintanya meninggal dunia, dan ketika suaminya pulang dari suatu perjalanan ia bertanya kepada istrinya tentang putranya, lalu Ummu Sulaim menjawab: “Dirinya sedang tenang dan saya harap dia sedang tidur (maksud sang istri anak itu tidur untuk selama-lamanya),” Sementara Abu Thalhah menduga bahwa anaknya itu tidur sebagaimana biasanya, dan pada saat itu Ummu Sulaim sudah mempercantik diri dan berdandan untuk suaminya sehingga Abu Thalhah menggaulinya, lalu ketika Abu Thalhah hendak keluar rumah untuk melaksanakan shalat Shubuh, berkata istrinya kepadanya: “Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu jika seseorang menitipkan suatu titipan pada penghuni suatu rumah, kemudian orang yang menitipkan itu meminta kembali titipannya, berhakkah penghuni rumah itu untuk mencegahnya mengambil titipan itu?”, Abu Thalhah menjawab: “Tidak, karena sesungguhnya titipan itu harus dikembalikan kepada yang berhak yaitu yang menitipkannya”, maka Ummu Sulaim berkata: “Sesungguhnya Allah telah menitipkan putra kita dan kini Allah telah mengambil titipan-Nya itu dari kita”, lalu Abu Thalhah mengucapkan kalimat istirja’ yaitu Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rajiuun…. sampai akhir kisah. [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari 3/124 kitab Jenazah Bab Sabda Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam “Mayit disiksa akibat tangisan keluarganya terhadapnya” , Dan Muslim No. 923]

4Memohon pertolongan kepada Allah

Di antara sikap yang dapat membantu orang yang tertimpa musibah untuk bersabar adalah memohon pertolongan kepada Allah Subhaanahu Wata’aala, berlindung di bawah naungan-Nya dan dalam pengawasan-Nya. Barangsiapa yang berada dalam perlindungan Tuhannya maka ia tidak akan teraniaya, oleh karena itu Musa berkata kepada umatnya setelah Fir’aun mengancam Musa beserta para pengikutnya:

قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ وَاصْبِرُوا إِنَّ الأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِين

“Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi ini milik Allah, dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” (Al-A’raf: 128).

Bisa jadi kebutuhan orang-orang bersabar untuk meminta pertolongan kepada Allah dan tawakkal kepada-Nya adalah merupakan sebagian dari rahasia disandingkannya sikap sabar dengan tawakkal kepada Allah pada beberapa ayat dalam Al-Qur’an, seperti firman Allah dalam Surat Al-Ankabut: 58-59 dan Ibrahim: 12

5Meneladani orang-orang yang sabar

Dengan memperhatikan perjalanan hidup orang-orang sabar akan menimbulkan dorongan yang sangat kuat dalam diri kita untuk bersikap sabar, dari sini kita dapat mengetahui rahasia yang tersembunyi dalam ayat-ayat yang menganjurkan untuk bersabar dengan menyebutkan kesabaran para nabi dalam menghadapi halangan dan rintangan yang datang dari kaumnya, inilah yang telah Allah nyatakan dalam firman-Nya  dalam surat Huud: 120. Dan Allah berfirman pula:

وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ

“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami terhadap mereka. Tak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu.” (Al-An’am: 34).

Lalu datang perintah Allah secara jelas kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk meneladani orang-orang yang bersabar sebelum beliau:

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ

“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul yang telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (adzab) bagi mereka.” (Al-Ahqaf: 35).

Dan ketika para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tertimpa musibah, maka Allah mengingatkan mereka tentang musibah yang juga menimpa orang-orang sebelum mereka dengan firman-Nya:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِين

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beri-man”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al-Ankabut: 2-3)

Dan juga Allah berfirman kepada mereka:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيب

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan berma-cam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah”. Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Al-Baqarah: 214). [http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatkajian&parent_id=1230&parent_section=kj046&idjudul=1]

Inilah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjukan kepada kita contoh konkrit kesabaran dalam bentuk yang sanagat mengagumkan. Ketika dakwahnya ditolak masyarakatnya, mereka menyakitinya, tidak mau menerimanya. Saat itu, malaikat penjaga gunung datang menawarkan untuk yang menghempaskan dua gunung yang ada kepada mereka. Namun kesabaran dan rasa santun pada diri Beliau terlihat jelas dalam kondisi yang demikian pahit. Di mana beliau bersabda :

“Bahkan saya berharap agar Allah mengeluarkan dari keturunan mereka generasi yang menyembah Allah dan tidak menyukutukan-Nya dengan suatu apapun juga” (HR. Bukhari Kitab Badai Khalq 6/458 no. 3231)

Lihat pula kesabaran Nabi Musa, sabagaimana yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:

“ Semoga Allah merahmati Musa, Sengguh dia sering di sakiti lebih banyak dari pada ini, tapi ia tetap sabar ( HSR. Bukhari dari Abdullah bin Mas’ud ) [http://www.salafy.or.id/al-hilm-santun-dan-sabar-menghadapi-gangguan-bag-1/]

Baca juga keteladanan dalam bersabar dalam kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’i (Ash-Shaaffat: 99-111), Nabi Yusuf ‘alaihis salam (dalam QS. Yusuf), dan Nabi Ayyub (Shaad: 41-44 dan Al-Anbiya: 83-85) di http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatkajian&parent_id=1238&parent_section=kj046&idjudul=1

Berikut adalah beberapa perkataan para ulama dan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang keteladanan mereka dalam kesabaran tidak perlu diraghukan

– Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Tidaklah seorang hamba mencapai hakikat keimanan sampai dia bisa menganggap musibah sebagai kenikmatan dan kelapangan sebagai musibah, dan sampai dia tidak menyukai apabila dipuji karena ibadahnya kepada Allah.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 254)

– Al-Ahnaf rahimahullah berkata, “Telah lenyap penglihatan kedua mataku sejak empat puluh tahun lamanya dan aku tidak menceritakan hal itu kepada siapapun.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 261)

– Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu berkata, “Diantara bentuk pengagungan kepada Allah dan pengenalan terhadap hak-Nya adalah hendaknya engkau tidak mengadukan sakitmu dan menceritakan musibah yang menimpamu.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 266)

– ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu’anhu berkata, “Kami mendapatkan sebaik-baik penghidupan kami dengan modal kesabaran.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 272)

– ‘Umar bin Abdul ‘Aziz rahimahullah berkata, “Tidaklah Allah memberikan nikmat kepada seorang hamba lalu dicabutnya dan Allah gantikan hal itu dengan kesabaran melainkan ganti yang Allah berikan pasti lebih baik daripada apa nikmat dicabut darinya.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 279) [http://terjemahkitabsalaf.wordpress.com/2013/04/01/mutiara-hikmah-33/]

 

Bersambung ke: Saya Sedang Tertimpa Musibah, Alhamdulillah… (3)

Leave a comment